Jakarta (Greeners) – Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) dari hasil kajiannya mengungkapkan fakta menarik. Dari kajian yang ITDP lakukan di tahun 2018 di sektor transportasi publik, ada penurunan sebesar 40 % pengguna commuter line di Jakarta dibanding tahun 2008.
Transport Manager ITDP Gonggong Towa Sitanggang mengungkap, volume penumpang transportasi publik seperti KRL commuter line terus mengalami penurunan dibandingkan kendaraan pribadi.
Hal ini mengacu data dari The Study on Integrated Transportation of Master Plan for Jabodetabek. Tahun 2008 sekitar 50 % masyarakat yang menggunakan commuter line di Jakarta sebagai transportasi publik. Akan tetapi berdasarkan kajian terbaru tahun 2018, angka tersebut turun menjadi 10 %. Artinya ada penurunan sebesar 40 %.
“Ini disebabkan oleh aksesibilitas transportasi yang masih rendah, sistem penumpang yang masih berkualitas buruk. Selain itu nyamannya kendaraan pribadi seperti sepeda motor juga menjadi pemicu kenapa masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi,” katanya Sustainable Transport Event 2022, Rabu (13/7).
Pernyataan Gonggong ini muncul dalam penyelenggaraan Sustainable Transport Event 2022. Mengusung tema “Urban Transport Talks Seri 2: Masa Depan Transportasi Publik di Indonesia” acara ini merupakan bentuk kolaborasi ITDP Indonesia dengan dukungan #UKPACT dan ClimateWorks Foundation (CWF). Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Institut Transportasi & Logistik (ITL) Universitas Trisakti juga terlibat dalam acara tersebut.
Prioritaskan Pembangunan Transportasi Publik
Gonggong menyebut, berkaca dari studi yang ITDP lakukan, pembangunan transportasi publik, jalur pejalan kaki dan pesepeda sangat penting. Saat ini, orientasi perencanaan transportasi perkotaan, masih berpihak pada kendaraan pribadi. Imbasnya, akan menyebabkan pertumbuhan kendaraan pribadi yang signifikan dan tak terkendali.
Sementara itu, Rektor Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Universitas Trisakti Tjuk Sukardiman berpendapat, penyelenggaraan transportasi di perkotaan setidaknya harus menekankan pada berbagai aspek krusial, seperti lingkungan, sosial dan keamanan.
“Penyelenggaraan transportasi itu sangat berdampak ke masyarakat perkotaan. Pertama dampak lingkungan, seperti polusi bisa membuat orang sakit, umurnya menjadi pendek, hilang produktivitas,” ucapnya.
Oleh karenanya, ia menekankan transportasi yang berkelanjutan dan memiliki aksesibilitas ke seluruh lapisan masyarakat. Aspek berikutnya yaitu pada sektor sosial ekonomi. Pembangunan transportasi utamanya di perkotaan harus mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.
“Masyarakat sendiri itu memberikan sesuatu untuk operator dan pengguna. Dia menyediakan lahan, bengkel, hingga pembangunan SPBU. Itu semua merupakan kesatuan sistem,” tuturnya.
Selain itu, transportasi di perkotaan juga harus menekankan aspek keamanan. Sebagaimana transportasi harus menjadi ruang aman dan nyaman bagi seluruh lapisan masyarakat.
Acara Sustainable Transport Event 2022 yang berlangsung Juni 2022 hingga September 2022 mendatang ini bertujuan mendorong lebih banyak kota-kota di Indonesia memulai reformasi sistem transportasi termasuk transportasi publik. Acara ini juga mendorong peningkatan wawasan mahasiswa tentang transportasi publik berkelanjutan.
Urban Transport Talks berlangsung di 3 kampus yakni Sekolah Tinggi Transportasi Darat, Institut Transportasi dan Logistik Trisakti dan Institut Teknologi Bandung.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin