Jakarta (Greeners) – Hyundai Motor Company mengumumkan mundur dari kesepakatan memorandum of understanding (MOU) pembelian aluminium dari proyek smelter Adaro Minerals di Kalimantan Utara, Indonesia. Fans K-pop yang tergabung di Kpop4Planet merayakan keputusan tersebut.
Proyek pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) aluminium anak usaha Adaro ini merupakan perusahaan tambang terbesar kedua di Indonesia. Mereka menggunakan PLTU batu bara sebagai sumber energinya.
Sejak 2023, lebih dari 11 ribu fans K-pop menandatangani petisi yang mendesak Hyundai. Mereka meminta perusahaan tersebut mundur dari kesepakatan dengan Adaro dan memperoleh pengadaan bahan baku kendaraan listrik dari pabrik bertenaga energi terbarukan, terutama pada energi surya dan angin.
BACA JUGA: ICEL: Revisi Aturan PLTS Atap Jauh dari Percepatan Energi
Akhirnya, pernyataan Hyundai muncul setelah satu tahun Kpop4Planet, platform yang digerakkan oleh penggemar K-pop, meluncurkan Kampanye “Hyundai, Drop Coal” pada Maret 2023.
Hyundai Motor Company memberikan pernyataan kepada Kpop4Planet melalui surat elektronik. Mereka menyatakan bahwa dengan telah berakhirnya MoU (dengan Adaro) pada akhir 2023, kedua perusahaan sepakat untuk tidak memperbaruinya dan mencari peluang lain secara mandiri.
“Hyundai Motor Company tetap teguh menjalankan pengadaan bahan baku yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, guna memastikan transparansi dalam proses manufaktur kami,” tulisnya.
Meski smelter Adaro merupakan bagian dari Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Kalimantan Utara, Adaro justru akan membangun unit baru 1,1 GW PLTU batu bara untuk memproduksi aluminium di smelter.
Mengacu Market Forces, kelompok aktivis iklim yang fokus pada investor, PLTU ini berpotensi menghasilkan hingga 5,2 juta ton setara CO2 setiap tahunnya. Jika Hyundai melanjutkan rencana pembelian aluminium sebesar 50-100 ribu ton per tahun dari smelter ini seperti kesepakatan dalam MoU, emisi scope 3 Hyundai akan meningkat 3-6%. Padahal, Hyundai telah menetapkan target untuk mencapai karbon netral pada 2045.
Ribuan Penggemar K-Pop Rayakan Kemenangan
Campaigner Kpop4Planet, Nurul Sarifah menyatakan munculnya pernyataan Hyundai tersebut merupakan kemenangan dari ribuan penggemar K-pop. Pasalnya, rencana perusahaan mobil asal Korea Selatan itu untuk memperoleh aluminium dari listrik PLTU batu bara bertentangan dengan target iklim.
“Kami bersama penggemar K-pop yang peduli terhadap iklim dan masa depan kita semua, akan terus mengawasi langkah Hyundai, terutama dalam pengadaan bahan baku. Kami akan melihat apakah perusahaan tetap berada pada jalur yang benar sesuai dengan komitmen netral karbonnya? Juga untuk meningkatkan transparansi di seluruh rantai pengadaannya,” ungkap Nurul lewat keterangan tertulisnya, Senin (1/4).
Nurul menambahkan, jika perusahaan ingin bisnisnya bertahan, aksi iklim harus terjadi sekarang. Kemudian, menghentikan penggunaan batu bara dan beralih ke energi terbarukan. Energi surya dan angin adalah satu-satunya pilihan untuk tetap memperoleh konsumen di masa mendatang.
ARMY Dukung Kampanye “Hyundai, Drop Coal”
Ketua Komunitas BTS ARMY Indonesia Amino, Shifra Lushka mengapresiasi solidaritas para fans BTS (ARMY) dalam mendukung masyarakat Indonesia. Terutama warga Kalimantan Utara, dengan mendukung Kampanye “Hyundai, Drop Coal”. Menurutnya, ARMY bekerja sama untuk menciptakan perubahan yang berarti dan dapat memastikan keberlanjutan dari planet ini.
“Kami berharap Hyundai akan melanjutkan kolaborasinya dengan BTS. Kemudian, mendorong kendaraan listrik yang benar-benar berkelanjutan yang tidak menggunakan bahan bakar fosil. Sebab, itu membahayakan bumi kita dalam produksinya. Hanya ada satu planet yang menjadi rumah kita, kepedulian kita pada bumi menjadi sangat penting,” tutur Shifra.
BACA JUGA: Eco Wave Power Ciptakan Energi Listrik dari Gelombang Laut
Fans BTS pun berkolaborasi dengan Kpop4Planet. Mereka ikut berpartisipasi mengumpulkan lebih dari 11 ribu tanda tangan dari penggemar K-pop di lebih dari 68 negara. Dalam aksi di Hyundai Motorstudio Jakarta tahun lalu, kelompok tersebut mengirimkan petisi dan surat terbuka dari penggemar ke Kantor Pusat Hyundai di Korea Selatan.
Mundurnya Hyundai menyusul bank-bank internasional dari Proyek Adaro. Menurut Campaigner Market Forces, Nabilla Gunawan, ini merupakan peringatan yang jelas bahwa batu bara tidak memiliki tempat dalam transisi energi. Hal itu demi memastikan dunia yang lebih aman bagi semua.
“Kelanjutan smelter yang dilistriki PLTU ini sudah kacau. Semua bank yang masih mempertimbangkan mendanai Adaro harus mengkaji ulang risiko iklim dan finansialnya yang semakin tinggi,” ungkap Nabilla.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia