Ende (Greeners) – Gabungan kaum muda di Kabupaten Ende menghijaukan daerah pekuburan Aebambu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Aksi ini untuk memperindah lingkungan dan mengurangi risiko bencana.
Kaum muda ini berasal dari Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) St Ursula, Anak Muda Claretian (AMC) Paroki St Marinus Puurere dan SMA Katolik Syuradikara. Mereka memilih pekuburan di Aebambu karena daerah pekuburan ini masuk bagian dari Paroki St Marinus Puurere dan St. Yoseph Onekore, Ende.
Ketua Panitia Mahasiswa STPM St Ursula Echa Nusa mengatakan, kegiatan kaum muda ini sangat penting untuk membantu mengurangi risiko bencana alam, memperindah lingkungan dan menunjukkan kecintaan anak muda terhadap alam dan lingkungan.
“Gerakan ini juga bisa memupus kecenderungan anak-anak muda sekarang yang kegiatannya hanya kuliah lalu terus pulang ke kost tanpa membuat hal yang berguna,” katanya saat penghijauan berlangsung, baru-baru ini.
Senada dengan Echa, mahasiswa STPM Mira Rima berpendapat, penghijauan pekuburan akan membuat komplek tersebut lebih teduh nantinya.
Koordinator lapangan AMC Ekawati menyebut, kegiatan ini lanjutan dari workshop bertema lingkungan hidup yang telah berlangsung beberapa waktu sebelumnya bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ende.
“Anak-anak muda perlu ruang untuk berkreasi. Masalah yang selama ini dialami ialah kurangnya wadah untuk itu. Kegiatan ini dapat menunjukan kepedulian dan kontribusi anak-anak muda bagi lingkungan hidup,” ucap Ekawati.
Wujud Nyata Kaum Muda Ende Peduli Lingkungan
Sementara itu Pastor Pendamping AMC, Pater Paul Djeraman, CMF mengungkapkan, gerakan penghijauan itu merupakan salah satu aksi perwujudan dari mimpi Ende peduli lingkungan. Gerakan ini menarik karena gagasan dan eksekusi di lapangan anak-anak muda sendiri aktornya.
“Kegiatan ini bisa menepis anggapan bahwa bahwa anak-anak muda tidak peduli pada lingkungan dan masa depan bumi,” kata Pater Paul.
Ia menambahkan, kaum muda perlu ruang untuk berkreasi, melahirkan ide-ide berlian dan memberi kepercayaan kepada mereka untuk mewujudkan berbagai ide tersebut.
Sementara itu pendamping bertugas mendampingi, mendukung dan memastikan program kaum muda ini berjalan baik. “Mengutip kata-kata Paus Fransiskus: They are the now of God. Anak muda adalah masa kini Allah,” tambah Pastor asal Manggarai ini.
Menurutnya, gerakan penghijauan ini mampu menahan air dan menambah pasokan oksigen, kesejukan dan suasana hijau di masa mendatang. Wilayah pekuburan pun akan terlihat lebih asri, segar bagi orang-orang yang sudah meninggal dan bersemayam di pekuburan tersebut.
“Pekuburan pun perlu dihijaukan sehingga yang meninggal bisa beristirahat dalam keteduhan alam,” imbuhnya.
Hijaukan 2 Ha Pekuburan dengan 200 Bibit Pohon
Dalam gerakan penghijauan ini, kaum muda menanam 200 bibit pohon di lahan seluas dua hektare (ha). Bagi mahasiswa STPM, gerakan ini salah satu bentuk konkret atau praktik mata kuliah Gerakan Sosial dan Pembangunan.
Sebab ide tentang gerakan sosial dalam bentuk ini berangkat dari keresahan dan kepekaan akan peristiwa meluapnya air hujan yang sering terjadi di Kota Ende. Hal ini terjadi akibat hilangnya daerah resapan karena semenisasi yang sudah terjadi selama 10 tahun terakhir.
Untuk mengawali keberhasilan program ini, para mahasiswa STPM dan AMC telah membuat pembagian kelompok. Setiap kelompok harus mengecek perkembangan bibit pohon yang telah mereka tanam.
“Mungkin ini merupakan gerakan yang kecil dan sederhana. Namun bisa menjadi contoh dan pemantik bahwa anak-anak muda lainnya,” ungkap Pater Paul.
Bahkan harapannya, umat dan kaum muda Katolik bisa menjadi individu-individu yang peka dan tanggap atas berbagai situasi sosial kemasyarakatan. Mereka pun harapannya bisa menjadi agen perubahan ke arah yang lebih baik. Pater Paul berharap, kegiatan serupa terus bermunculan ke depannya.
Penulis : Rully Raki