Jakarta (Greeners) – Memperingati Hari Pohon Sedunia, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Selatan menanam 1.000 bibit pohon. Ikatan Almuni UI (ILUNI) juga ikut terlibat dalam penanaman ini yang terlaksana secara serentak di 10 kecamatan wilayah DKI Jakarta.
Lokasi utama penanaman berada di Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan. Tercatat, terdapat 40 pohon tabebuya, 200 pohon sengon, 200 pohon mahoni, 150 pohon jati, 150 pohon durian, 150 pohon sirsak, dan 150 pohon jambu.
Kegiatan ini pun dihadiri oleh Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Plt. Camat Pesanggrahan, Lurah Petukangan Selatan, dan berbagai elemen masyarakat di Kelurahan Petukangan Selatan. Tepatnya di RW 08 pada Jumat, (24/11). Selain itu, hadir juga Ketua ILUNI UI, Didit Ratam.
BACA JUGA: Pucuk Merah, Tanaman Andal Penyerap Karbon
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mendukung inisiatif BEM UI ini. Asep menjelaskan, ini merupakan bentuk implementasi dari Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) Lingkungan Hidup, di mana BEM UI juga turut masuk di dalamnya.
“Dalam konteks pembangunan, kita mengenal konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan suatu daerah. Langkah BEM UI adalah bentuk partisipasi riil elemen masyarakat sipil, khususnya mahasiswa dalam pembangunan. Harapannya, inisiatif-inisiatif seperti ini dapat lebih digalakkan oleh adik-adik dari perguruan tinggi lainnya,” ucap Asep melalui keterangan rilisnya.
Krisis Iklim Sudah Genting
Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM UI 2023 Kevin Wisnumurthi menyatakan, kegiatan penanaman ini atas dasar kesadaran bersama. Khususnya merespons kondisi krisis iklim sudah genting.
“Emisi gas rumah kaca yang manusia hasilkan sudah sedemikian banyaknya. Sehingga, temperatur permukaan bumi meningkat atau lazim kita kenal sebagai global warming,” ucap Kevin.
Kevin menambahkan, hal ini mengakibatkan perubahan ekstrem pada iklim yang berdampak sangat destruktif bagi kehidupan manusia. Perubahan iklim sudah sedemikian parahnya, sehingga terminologi yang lebih layak digunakan adalah krisis iklim.
“Cuaca yang semakin tidak menentu, kekeringan, kenaikan tinggi permukaan laut, dan kepunahan berbagai spesies di muka bumi, termasuk manusia adalah sekian di antara banyak efek mengerikan dari krisis iklim,” tambah Kevin.
Kegiatan Penanaman Bentuk Komitmen BEM UI
Sementara itu, Kevin juga menyebutkan kegiatan penanaman ini merupakan bentuk komitmen BEM UI dan seluruh elemen yang terlibat untuk melawan krisis iklim.
“Perlu melakukan upaya menangani krisis iklim secara kolektif. Tidak ada lagi upaya saya, upaya kamu, yang ada adalah upaya kita bersama. Kolektivitas inilah yang akan melahirkan kekuatan besar. Maka dari itu, BEM UI menginisiasi gerakan ini dan mengajak ILUNI UI serta Pemerintah Kota Jakarta Selatan guna mengamplifikasi dampak yang bisa diberikan,” ujar Kevin.
BACA JUGA: Lindungi Hutan Mudahkan Berdonasi Tanam Pohon secara Online
Kemudian, Kevin turut menjelaskan kegiatan penanaman ini merupakan jawaban atas stigma bahwa BEM UI hanya identik dengan demonstrasi, tetapi tidak bisa melakukan aksi nyata yang berdampak pada masyarakat.
“Stigma bahwa BEM UI, atau mahasiswa secara umum, hanya bisa demo saja rasanya akrab di telinga kita. Narasi-narasi mengenai kurangnya kontribusi riil BEM UI dalam masyarakat sering kali berseliweran. Maka dari itu, melalui kegiatan ini, BEM UI ingin menampik stigma tersebut,” ujar Kevin.
Ada Beragam Rangkaian Acara
Ketua pelaksana program penanaman 1.000 pohon, Ali As’ad Hisyam menyebutkan, kegiatan ini terdiri dari beberapa rangkaian acara yang beragam. Pertama, memanen anggur yang ada di Akademi Kompos RW 08 Kelurahan Petukangan Selatan.
“Pemanenan anggur ini untuk mempromosikan Akademi Kompos RW 08 yang telah mempraktikkan urban farming dengan sukses,” kata Hisyam.
Kemudian, acara berlanjut dengan sesi penanaman pohon secara serentak. Penanaman serentak ini merupakan wujud kolektivitas antara segenap masyarakat yang ada di Jakarta Selatan.
“Kami ingin tunjukkan bahwa siapa saja dapat menanam,” imbuhnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia