Greenpeace Ajak Berpikir Ulang Makna Kesejahteraan Melalui Instalasi Seni

Reading time: 2 menit
Greenpeace bersama IKJ menyelenggarakan pameran instalasi seni. Foto: Greenpeace Indonesia
Greenpeace bersama IKJ menyelenggarakan pameran instalasi seni. Foto: Greenpeace Indonesia

Jakarta (Greeners) – Greenpeace Indonesia berkolaborasi dengan para seniman muda dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ)menampilkan delapan karya seni. Karya tersebut mewakili delapan aspek kesejahteraan yang perlu diperhatikan oleh setiap negara. Pameran instalasi seni ini bertujuan untuk mendorong masyarakat menemukan makna kesejahteraan yang lebih berimbang dan inklusif, tidak hanya bergantung pada pertumbuhan ekonomi semata.

Pameran ini merupakan bagian dari agenda Climate Week dan UN Summit of the Future yang berlangsung pada 20-22 September 2024 di Pos Bloc, Jakarta. Karya dalam pameran ini menyoroti pentingnya kesejahteraan manusia, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan yang sering terabaikan dalam paradigma pembangunan yang berfokus pada Produk Domestik Bruto (PDB).

Menurut Greenpeace Indonesia, ambisi untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi selama ini hanya mementingkan aktivitas ekonomi material. Faktanya, PDB adalah ‘mitos’ kesejahteraan yang selama ini langgeng dilembagakan. PDB tidak memperhitungkan distribusi pendapatan, kualitas hidup, kebahagiaan, dan faktor-faktor sosial lainnya yang penting untuk kesejahteraan manusia.

Sekretaris Program Studi Seni Murni IKJ, Walid Syarthowi Basmalah menyampaikan, kolaborasi ini menjadi ajang untuk menggabungkan seni dan aktivisme dalam menyampaikan pesan-pesan penting mengenai pembangunan berkelanjutan.

BACA JUGA: Arcadia Earth, Instalasi Seni Lingkungan yang Menakjubkan

“Karya seni ini bukan hanya menampilkan visual semata, melainkan bagaimana gagasan-gagasan yang muncul atas isu sosial menjadi representasi dari tiap karya yang ada. Lalu, bagaimana kita memandang pesan-pesan tersebut secara menyeluruh. Pameran ini juga merupakan bentuk dukungan nyata dan pengaplikasian dari mata kuliah Aktivisme Seni,” ujar Walid lewat keterangan tertulisnya, Jumat (20/9).

Melalui metafora ‘permata tersembunyi’, instalasi menggambarkan potensi manusia yang sering tidak diakui dalam pengukuran konvensional ekonomi berbasis PDB. Aspek-aspek kesejahteraan non-material seperti kesehatan mental, hubungan sosial, dan kelestarian lingkungan menjadi tema-tema utama. Aspek tersebut selama ini masih terpinggirkan oleh fokus pembangunan yang hanya mengejar angka-angka ekonomi.

Greenpeace bersama IKJ menyelenggarakan pameran instalasi seni. Foto: Greenpeace Indonesia

Greenpeace bersama IKJ menyelenggarakan pameran instalasi seni. Foto: Greenpeace Indonesia

Greenpeace Ajak Publik Peduli Bumi

Instalasi ini juga menunjukkan komitmen Greenpeace terhadap keberlanjutan melalui penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan dalam setiap karyanya. Pendekatan ini mencerminkan pesan yang lebih besar bahwa keberlanjutan tidak hanya tentang seruan teoretis. Penyelenggara juga membawa pesan untuk bertindakan nyata dalam mengurangi jejak lingkungan.

Pameran yang berlangsung selama tiga hari ini mengajak publik lebih bertanggung jawab dalam gaya hidup sehari-hari dan mempertimbangkan dampaknya terhadap bumi.

Instalasi-instalasi ini menjadi pengingat bahwa pembangunan sejati harus melampaui PDB dan mengintegrasikan aspek-aspek yang lebih manusiawi. Pembangunan berkelanjutan dan inklusif adalah satu-satunya jalan menuju kesejahteraan yang sesungguhnya.

Pertumbuhan Ekonomi Tak Mencerminkan Kesejahteraan

Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak mengatakan bahwa pembangunan ekonomi yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi akan membawa masyarakat kepada kerusakan ekologis permanen. Lalu, pada akhirnya justru tidak akan mensejahterakan masyarakat.

Data Bank Dunia menunjukkan 10% orang terkaya di Indonesia menguasai 77% kekayaan nasional. Sementara, pertumbuhan ekonomi di angka 5% yang selama ini pemerintahan Joko Widodo gaungkan juga tidak mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Itu terbukti dari menurunnya proporsi kelas menengah, maraknya PHK, serta mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan.

BACA JUGA: Pameran Seni Hadirkan Sampah Plastik dari Lautan

“Sudah saatnya PDB tidak lagi menjadi indikator utama kesejahteraan. Pendekatan pembangunan yang lebih holistik, inklusif, adil, dan berkelanjutan perlu menjadi panduan ke depan,” ujar Leonard.

Greenpeace mengkritik praktik eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan demi mengejar pertumbuhan ekonomi. Pendekatan yang mengutamakan PDB sebagai indikator kesuksesan ekonomi terbukti tidak cukup untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial dan lingkungan.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top