Jakarta (Greeners) – Greeners.Co mengedukasi pemahaman gaya hidup berkelanjutan atau ramah lingkungan kepada mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR). Hal itu dalam rangka Editorial Trip yang ketiga oleh Greeners.Co di Kota Surabaya. Bersama organisasi pecinta alam WANALA UNAIR, Greeners.Co melangsungkan kegiatan Campus Visit bertemakan “Gaya Hidup Ramah Lingkungan Ala Arek Suroboyo” di Student Center Kampus B Unair, Jumat (1/12).
Campus Visit menjadi rangkaian wajib yang Greeners.Co lakukan dalam program Editorial Trip. Lewat kegiatan ini, Greeners.Co memiliki tujuan besar agar mahasiswa bisa mengenal isu lingkungan lebih luas. Sebab, anak muda berperan besar untuk memulai langkah yang peduli terhadap lingkungan.
Sejumlah narasumber hadir dan memberikan banyak perspektif dari berbagai bidang soal gaya hidup ramah lingkungan. Mereka mewakili berbagai sektor, di antaranya dari NGO Dietplastik Indonesia, Danone Indonesia, Eiger Adventure, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
BACA JUGA: 4 Aplikasi Untuk Gaya Hidup Berkelanjutan
Policy Analyst Direktorat Pengurangan Sampah KLHK, Fazri Putrantomo mengatakan gaya hidup berkelanjutan atau ramah lingkungan bisa dimulai pada diri sendiri. Misalnya, dengan melakukan pembatasan kantong plastik. Kemudian, memilih produk yang memiliki material recycle. Khususnya, bagi pecinta alam seperti WANALA UNAIR dapat menggunakan wadah guna ulang untuk membawa perbekalan ke gunung.
“Cari hal yang bisa isi ulang atau guna ulang, seperti air pakai tumbler, bahan makanan juga banyak bisa isi ulang. Setelah itu ke pemilahan, identifikasi dulu kira-kira mana yang bisa menghasilkan sampah. Setelah sampah dipilah, harus dibawa, jangan tinggalkan di atas gunung,” ujar Fazri saat Talkshow di Campus Visit UNAIR.
Fazri menambahkan, sampah organik juga harus kelola sendiri di sumber lewat kompos, maggot, dan lubang biopori. Kemudian, sampah anorganik bisa menjadi sirkular ekonomi untuk membantu beban sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Guna Ulang Menjadi Langkah Efektif Kurangi Sampah
Kota Surabaya kini telah melarang penggunaan kantong kresek sekali pakai. Hal ini menjadi momen pengurangan sampah secara signifikan. Konsep guna ulang atau reuse juga bisa menjadi langkah efektif untuk masyarakat lakukan dalam mengurangi sampah.
“Kenapa akhirnya kita harus reuse? Supaya penggunaan ulang ini bisa menjaga masyarakat tidak konsumtif. Selain Surabaya, ada juga kota dan kabupaten lain yang melarang penggunaan kantong plastik, dari situ kami muncul semangat harus menciptakan ekosistem guna ulang. Bagaimana nantinya kita menggunakan barang yang berulang kali,” kata Deputy Director Dietplastik Indonesia, Rahyang Nusantara.
Rahyang menambahkan, guna ulang bukan hanya sekadar berbicara soal produk saja, melainkan suatu sistem yang sirkular.
“Konsumen sebagai pengguna akhir dapat produknya, terus wadahnya itu bisa muter dan digunakan kembali. Contohnya seperti tabung gas dan air mineral galon yang saat ini sudah menerapkan guna ulang. Kita ingin mengadopsi itu dalam produk kosmetik dan rumah tangga,” ujar Rahyang.
Pendaki Perlu Memperhatikan Pengurangan Sampah di Gunung
Pendaki juga penting memperhatikan pengurangan sampah ini. Mereka yang gemar mendaki gunung perlu mengurangi sampah dengan tidak membawa banyak kemasan ke atas gunung. Perbekalan yang pendaki bawa bisa dimasukkan ke dalam wadah agar tak menghasilkan sampah.
BACA JUGA: Green Jaagat Insight, Komunitas yang Dukung Hidup Berkelanjutan
“Eiger coba mengadopsikan soal zero waste mountain itu di Gunung Kembang. Pengelola kami ajak kerja sama, jadi tergagas menjadi program adopsi gunung yang berkaitan dengan zero waste mountain. Mereka saat ini sudah mencatat perbekalan yang akan pendaki bawa ke atas gunung. Kemudian, saat turun ada pemeriksaan. Mereka harus bawa ampah yang mereka hasilkan,” ungkap Eiger Adventure Service Team Manager Galih Donikara.
Menurut Galih, pendaki bisa memulai untuk mengurangi sampah sebelum mendaki. Salah satunya menggunakan wadah guna ulang.
“Jadi makanan seperti sayuran, kopi, dan lainnya bisa masuk ke dalam wadah atau botol-botol. Kami juga sudah uji coba itu ke pendaki dan akhirnya berhasil. Jadi, pengelolanya juga harus tegas dan konsisten,” ujar Galih.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia