Jakarta (Greeners) – Google bersama tujuh organisasi pelestarian lingkungan menciptakan platform berteknologi kecerdasan buatan (AI) bernama Wildlife Insights (WI). Inovasi tersebut dilakukan sebagai upaya konservasi satwa liar yang terancam punah.
Program Manager Google Earth Outreach Tanya Birch mengatakan, selama bertahun-tahun para ahli menggunakan kamera sensor gerak untuk mempelajari binatang liar. Namun, cara memadukan dan membagikan data belum dimiliki.
“Ini adalah masalah besar dalam hal manajemen data. Para konservasionis menghabiskan berjam-jam untuk menafsirkan citra dari kamera sensor gerak. Padahal, banyak di antaranya hanya gambar kosong, menampilkan daun atau menunjukkan sesuatu yang tidak bernilai,” ujar Tanya melalui konferensi video, di kantor Google Indonesia, Jakarta Selatan, Rabu, (18/12/2019).
Baca juga: Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Perlu Diperbarui
Menurut Tanya, dengan Wildlife Insights ahli biologi dapat mengelola, membagikan, menganalisis, dan memetakan data tentang margasatwa. Kemudian dapat mengambil keputusan tentang spesies yang membutuhkan perlindungan disertai lokasinya.
“Kami menggunakan jaringan saraf konvolusional (CNN) multi-kelas yang didasarkan pada framework open source TensorFlow. Kerangka tersebut merupakan wadah pembelajaran yang kami gunakan secara internal untuk melatih komputer saat mengenali sosok binatang dalam sebuah citra,” ujar Tanya.
Ia menjelaskan, dengan bantuan WI, para ahli dapat berfokus pada upaya pelestarian. Sedangkan peneliti dapat mengunggah data ke Google Cloud, menganalisis citra dengan model AI pengidentifikasi spesies, memvisualisasikan hewan liar dengan Google Maps, dan membuat laporan agar dapat membagikan informasi kepada pihak lain.
Baca juga: Biopiracy Masih Marak Terjadi, Pemerintah Belum Berpihak pada Konservasi Kehati
“Untuk mengakuratkan data dan mengenali jenis spesies, kami memasukkan lebih dari 614 data spesies. Keakuratan data sebesar 80 hingga 98,6 persen probabilitasnya diprediksi oleh model AI. Saat pengguna mengunggah lebih banyak gambar, model kami akan mendapatkan dan mengenali lebih banyak spesies,” ujar Tanya.
Sementara Wildlife Insights berkomitmen untuk membuka berbagai data, upaya mengekspos lokasi spesies dapat meningkatkan risiko ancaman. Untuk melindungi lokasi spesies tertentu atau yang terancam punah, semua informasi geografis akan dikaburkan. Sehingga lokasi dari suatu penyebaran tidak dapat ditentukan dari data.
“Praktik untuk mengaburkan informasi lokasi spesies dapat diperbarui dari waktu ke waktu dengan umpan balik dari komunitas,” kata Tanya.
Dalam penyusunan platform Wildlife Insights, Google bekerja sama dengan Wildlife Conservation Society (WCS), Smithsonian Conservation Biology Institute, North Carolina Museum of Natural Sciences, World Wildlife Fund (WWF), Conservation International, serta The Tropical Ecology Assessment and Monitoring (TEAM) Network.
Penulis: Dewi Purningsih