Jakarta (Greeners) – Gita Pertiwi bersama para petani menyedekahkan 600 kilogram sayur segar tanpa menggunakan kantong plastik sekali pakai. Para penerima manfaat menggunakan wadah guna ulang untuk menerima sedekah sayur tersebut.
Inisiatif ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi timbunan sampah plastik yang kian meningkat di Kota Surakarta. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi plastik di Kota Surakarta sudah mencapai 22,73 persen. Plastik merupakan jenis sampah terbesar kedua setelah sampah organik. Rata-rata sampah plastik di kota ini berasal dari aktivitas dagang masyarakat yang sering menggunakan kantong plastik sebagai kemasan dan kantong belanja.
BACA JUGA: Perluas Pembatasan Plastik Kresek di Pasar Tradisional Peraih Adipura
Riset oleh Gita Pertiwi menunjukkan bahwa penggunaan kantong plastik sekali pakai di sejumlah pasar di Solo mencapai 4.452 buah per hari. Sampah pangan di Kota Surakarta menjadi jenis sampah terbesar dari komposisi timbunan sampah.
Berdasarkan riset Gita Pertiwi bersama Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), jumlah sampah pangan di Surakarta mencapai 0,73 kg per kepala keluarga per hari pada 2021, meningkat dari 0,49 kg per kepala keluarga per hari pada 2018.
Gita Pertiwi Distribusikan 1,3 Ton Sayuran Segar
Hingga 4 Agustus 2024, Gita Pertiwi sudah mendistribusikan 1,3 ton sayuran tanpa plastik yang berasal dari sedekah sayur petani di Telomoyo. Sedekah sayur ini mereka lakukan untuk merespons anjloknya harga sayur yang tidak masuk akal. Sebab, hasil penjualan tidak menutup biaya operasional petani. Sehingga, petani lebih memilih mendonasikan sayurnya.
Selain biaya panen yang tergolong mahal, petani juga berupaya berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Meskipun hasilnya mungkin tidak besar, banyak yang menganggap berkah dari sedekah sayur ini jauh lebih berharga.
“Kalau kami tidak pernah merasa rugi untuk berbagi seperti ini, karena memang prinsipnya hidup tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi bagaimana dengan sesama. Saya percaya bahwa perbuatan baik juga akan dibalas dengan kebaikan suatu saat nanti,” jelas salah satu petani yang menyedekahkan hasil kebun sayurnya, Heri Santoso.
Kolaborasi Bermanfaat
Gita Pertiwi bersama para petani membuktikan bahwa berbagi tidak harus melibatkan uang melalui sedekah sayur ini. Mereka juga mendonasikan sayur yang tak terkelola atau pangan berlebih yang masih layak makan. Sebelumnya, petani hanya membuang sayur tersebut. Namun, kini mereka dengan penuh kesadaran menyedekahkan hasil pertanian mereka, salah satunya melalui kolaborasi dengan Gita Pertiwi.
BACA JUGA: Jakarta Kebut Pengurangan Emisi dari Sektor Sampah
“Kami berkolaborasi dengan petani di Telomoyo untuk sedekah sayur karena harga sayur sedang turun sehingga sayang apabila tidak termanfaatkan sayurnya. Mungkin di satu tempat dianggap berlebih, tetapi bagi orang lain sangat dibutuhkan, karena sayang kalau sayur petani terbuang dalam jumlah banyak,” ujar penanggung jawab program ‘Berbagi Pangan Berlebih’, Dian.
Heri Santoso, yang terlibat dalam program ini, menjelaskan bahwa sebelumnya ia pernah kesulitan mencari penerima manfaat yang tepat. Sehingga, sayuran sering kali hanya menumpuk di tempat pembuangan sampah.
“Pernah dulu saya bawa dua mobil pickup sayur. Sebab, dulu banyak petani yang enggak panen karena harga anjlok dan biaya petik mahal. Jadi, sayurnya kami kumpulkan itu untuk kami donasikan. Kami rutin berdonasi di Semarang, tempat orang yang berkebutuhan khusus. Tapi pernah juga terlalu banyak sayur yang masuk, akhirnya kami buang. Sudah cari tempat di mana-mana tidak ada lagi jadi terpaksa kami buang,” tambah Heri.
Gunakan Wadah Guna Ulang
Heri sangat terbantu dengan program berbagi pangan ini karena memiliki SOP yang sesuai dengan kebutuhan distribusi sayuran yang harus segera disalurkan. Selain itu, bersedekah juga tidak harus menggunakan plastik, tetapi bisa menggunakan wadah guna ulang. Hal itu untuk meringankan beban lingkungan akibat sampah plastik dan sampah pangan yang terus meningkat. Penggunaan wadah guna ulang juga mengurangi risiko pencemaran mikroplastik pada makanan, sehingga sayuran yang dibagikan lebih bersih dan sehat.
Penggunaan plastik kurang tepat karena mudah sobek dan tidak cocok untuk jumlah sayur yang banyak. Selain itu, plastik dapat mencemari lingkungan dan memerlukan banyak kantong untuk distribusi.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia