Jakarta (Greeners) – Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) bersama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) melakukan kampanye penanaman 10 juta pohon bagi Rumah Ibadah Konghucu. Langkah ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengapresiasi MATAKIN yang mendukung kampanye penanaman 10 juta pohon. Hal itu ia sampaikan saat memberi sambutan dalam peluncuran Penanaman Pohon bagi Rumah Ibadah Konghucu yang MATAKIN selenggarakan, baru-baru ini.
“Saya mengucapkan terima kasih pada MATAKIN. Saya berharap terus kerja sama dan dukungan program Kemenko PMK melalui MATAKIN untuk ke depannya,” kata Muhadjir dalam keterangan tertulisnya.
Hadir pula dalam kesempatan itu, Ketua MATAKIN Xs. Budi Santoso Tanuwibowo dan seluruh perwakilan Majelis Agama Khonghucu dari seluruh Indonesia.
Muhadjir kembali menegaskan, menanam pohon sama dengan memberi kehidupan bagi seluruh manusia. Karena pohon menghasilkan kebutuhan dasar manusia untuk hidup yaitu oksigen.
“Ketika kita menanam pohon pada dasarnya kita menghidupkan manusia. Karena apa yang dibuang pohon yaitu oksigen itu kebutuhan manusia, dan sebaliknya apa yang kita keluarkan yakni karbon dioksida itu makanan pohon,” jelasnya.
Menanam 10 Juta Pohon Membangun Kehidupan
Penanaman pohon sebagai bagian dari pelestarian ekosistem akan terus membuat kehidupan manusia tetap harmonis. Selain sebagai penghasil oksigen, sambung Muhadjir, pohon juga sangat memiliki peran besar seperti mencegah banjir dan longsor.
“Kita bergerak menanam pohon ini untuk membangun kehidupan. Ketika kita menanam pohon itu memperpanjang kehidupan kita sendiri,” imbuh Muhadjir.
Hal yang paling vital, pohon juga sangat penting mencegah pemanasan global. Terlebih dewasa ini karena maraknya deforestasi dan penebangan hutan membuat anomali cuaca dan efek rumah kaca semakin parah. Karenanya, menanam pohon ini dalam konteks global berkaitan dengan hidup matinya warga dunia.
“Seolah menanam pohon itu biasa saja. Tetapi kalau konteks global ini berkaitan dengan mati hidupnya warga dunia. Kita tahu penyebab pemanasan global yaitu deforestasi dan juga terkait dengan sikap mental kita yang lebih suka menebang,” tegasnya.
Muhadjir juga menegaskan agar masyarakat dapat mengubah mental suka menebang menjadi semangat menanam dalam berbagai hal.
“Kalau sudah menjadi mental menanam maka kita bisa menanam apa saja. Tidak hanya menanam pohon. Menanam kebahagiaan untuk mereka yang susah, menanam kemakmuran untuk yang kekurangan,” ungkapnya.
Menurut dia, bila memiliki mental suka merusak pohon maka mental dalam hal lain juga akan buruk. “Kalau kita punya mental merusak menebang pohon, menebang kepentingan orang, menebang hak orang. Juga menebang sesuatu yang seharusnya hidup atas nama kepentingan keserakahan menghabisi hidup orang, itu bagian sifat mental yang harus kita tangani,” pungkas Muhadjir.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin