Jakarta (Greeners) – Setiap tahunnya sejak tahun 1992, tanggal 22 Maret selalu diperingati sebagai Hari Air Sedunia. Hal tersebut sesuai putusan Sidang Umum PBB ke-42 di Rio de Janeiro, Brasil. Penetapan hari ini juga dimaksudkan sebagai upaya menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan upaya pengelolaan sumber air bersih yang berkelanjutan. Salah satu komunitas yang juga menggelar perayaan Hari Air Sedunia adalah Gerakan Ciliwung Bersih (GCB). Acara digelar pada Sabtu (25/03/2017) di SPA Krukut PAM Jaya, Cilandak, Jakarta Selatan.
Mengusung tema “Air dan Air Limbah”, peringatan ini bukan hanya melibatkan berbagai kelompok masyarakat yang ada di bantaran Kali Ciliwung yang tergabung dalam GCB namun juga mengajak berbagai instasi pemerintah, swasta dan lembaga pendidikan untuk terlibat. Mulai dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementrian Pekerjaan Umum, PT PAM Jaya, PT Pal Jaya, Aerta, STT PLN dan Universitas Bakrie.
Direktur Utama PT PAM Jaya Erland Hidayat dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan semacam ini baiknya bukan hanya sekadar memberikan sensasi sesaat, harus ada kesadaran bahwa mengisi Hari Air dengan kegiatan nyata jauh lebih penting dari peringatannya sendiri. “Mesti ada aksi nyata yang kita lakukan. Walau tidak bisa sekaligus, sedikit-sedikit pun tidak apa-apa,” katanya.
Sementara itu Direktur Eksekutif GCB Peni Susanti menyatakan, peringatan Hari Air Sedunia yang rutin GCB lakukan sejak tahun 2013 bukan hanya sekadar seremonial semata, namun juga menjadi momen tahunan bagi GCB untuk mengevaluasi kualitas air khususnya yang ada di sungai Ciliwung.
“Tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya juga kita melakukan evaluasi, dan hasilnya dapat dilihat bahwa dibeberapa titik sungai Ciliwung sudah mulai mengalami perbaikan kualitas airnya,” ujar Peni.
Perbaikan yang dimaksud Peni dapat dilihat pada sungai Ciliwung di wilayah Pejaten. Kualitas airnya dinilai semakin baik ditandai dengan mulai munculnya biota air seperti ikan baung, ikan nila, bahkan lobster biru yang kini juga mulai dibudidayakan di aliran Ciliwung. Bahkan karena pinggiran sungainya juga ditanami, hewan-hewan kini mulai dapat ditemui disekitar bantaran Ciliwung seperti luwak, biawak, monyet, dan berbagai jenis burung.
“Setelah tiap tahun kita evaluasi, sejak 2013 sampai 2017 ini kita lihat kondisinya mulai sangat baik. Kita akan buat Ciliwung sebagai benchmark bagi sungai-sungai lain yang ada di Jakarta sehingga kedepannya bukan hanya Gerakan Ciliwung Bersih tapi juga kita mengarah pada Gerakan Teluk Jakarta Bersih,” jelas mantan ketua BPLHD Jakarta ini.
Dalam acara yang juga dihadiri Wakil Walikota Jakarta Selatan ini juga diisi dengan penanaman pohon secara simbolik, talk show, penampilan tari, peragaan busana dan ditutup dengan pemberian penghargaan kepada beberapa komunitas peduli ciliwung (KCP) dan lomba daur ulang sampah. GCB juga secara resmi melakukan penandatanganan kerjasama dengan dua lembaga pendidikan yaitu STT PLN dan Universitas Bakrie. Kerjasama yang dilakukan berupa penerapan penelitian dan analisis pengelolaan air kepada mahasiswa serta pemanfaatan sampah yang ada disungai sebagai bahan baku energi yang ramah lingkungan.
Penulis: AT/G39