Sebelum melibatkan uang sebagai alat transaksi, pernah ada masa ketika kegiatan tukar-menukar barang masih menjadi sistem untuk untuk saling memenuhi kebutuhan. Adanya gerakan buy nothing memunculkan kembali tren tukar-menukar ini, supaya orang-orang yang memiliki barang yang tidak lagi mereka pakai, dapat saling membantu untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, dan tentunya mengurangi sampah.
Di Balik Gerakan Buy Nothing
Gerakan ini bermula ketika Liesl Clark dan Rebecca Rockefeller memulai grup Buy Nothing pertama di komunitas mereka, sebuah pulau di Laut Salish, Seattle. Mereka ingin fokus pada bagian “reduce” dari tiga R yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang), dengan tambahan rethink (pikirkan kembali) dan refuse (tolak). Clark dan Rockefeller merasakan dampak positif kelompok itu terhadap komunitas. “Kami melihat komitmen dalam satu grup membantu orang membangun kepercayaan dalam grup yang terdiri dari tetangga mereka di kehidupan nyata. Orang-orang mulai memahami bahwa grup Buy Nothing lebih banyak tentang koneksi dan kepercayaan daripada tentang kecepatan dan transfer barang gratis secara anonim,” tulis mereka di situs buy nothing.
Situs resmi Buy Nothing memuat aturan sederhana mengenai gerakan mereka. “Unggah apa pun yang ingin Anda berikan, pinjamkan, atau bagikan di antara tetangga Anda. Mintalah apa pun yang ingin Anda terima secara gratis atau pinjam dengan legal. Tanpa harus melontarkan perkataan yang mendorong kebencian. Tidak ada jual beli, tidak ada perdagangan atau barter.” Gerakan ini murni tentang memberi dan berbagi.
Saat ini, gerakan buy nothing mulai merambah ke Facebook. Mungkin juga gerakan ini sudah ada di lingkungan Anda. Jika tidak, Anda dapat memulainya dengan dukungan dari proyek buy nothing, seperti yang dijelaskan di sini. Musim semi ini, proyek tersebut meluncurkan aplikasi berbagi selain grup Facebook-nya.
Keuntungan Ekonomi dari Berbagi
Keuntungan paling jelas dari grup Buy Nothing adalah menabung. Hasil survei terbaru terkait proyek ini terhadap lebih dari 2.000 anggota menemukan, bahwa sebagian besar partisipan menghemat uang mereka setiap bulannya.
Gerakan buy nothing juga disambut baik oleh keluarga yang memiliki anak-anak kecil. Pertumbuhan anak-anak yang cepat membuat mereka lekas berganti ukuran pakaian, atau bosan dengan mainan yang mereka miliki. “Dengan Buy Nothing, saya telah menerima tas yang hampir tidak pernah dipakai, kadang-kadang pakaian merek mewah untuk anak-anak dan beberapa mainan favorit mereka,” ujar Mandy Campbell.
Anggota lainnya, Maureen O. Morgan, memberikan apresiasi akan inisiasi gerakan ini. “Buy Nothing telah menjadi anugerah pandemi!” Kata Morgan. “Kami telah menerima pemotong kue, kostum, dan set mainan.” Beberapa kota bahkan memiliki grup Buy Nothing yang hanya berfokus pada kebutuhan anak-anak, menurut anggota Lesley Merritt.
Para orang tua juga menghargai bagaimana Buy Nothing mengajari anak-anak kegembiraan dalam berbagi. Ketika anak balita Morgan berjuang untuk memakai sepatu yang sudah kekecilan, mereka memutuskan sudah waktunya untuk meneruskannya ke tetangga yang lebih kecil. “‘Itu hal yang manis untuk dibagikan, Bu,’ katanya padaku,” Morgan bercerita.
Campbell merasakan kemudahan dari adanya gerakan buy nothing. “Untuk orang tua yang bekerja, sangat praktis untuk meletakkan barang-barang di beranda daripada melakukan perjalanan rutin ke tempat donasi atau fasilitas sampah,” katanya. “Di atas keuntungan itu, saya senang kita bisa bertemu tetangga kita dan bahkan mungkin menemukan teman satu lingkungan untuk anak-anak kita.”
Manfaat Lingkungan dari Berbagi
Gerakan buy nothing juga tidak memperbanyak sampah di tempat pembuangan. Selain itu, kampanye ini mengurangi permintaan untuk memproduksi lebih banyak barang. Kylie Jackson mendapatkan keuntungan dari grup Buy Nothing dengan kebutuhan yang sangat spesifik: denim tua. “Kami dapat mengumpulkan cukup banyak isolasi denim dari layanan pengiriman makanan untuk mengisolasi seluruh van kami!” Kata Jackson.
Orang-orang banyak yang beralih ke belanja daring selama pandemi. Tetapi Gerakan buy nothing yang menaruh perhatian akan emisi dan limbah pengemasan lebih suka berjalan kaki, bersepeda atau mengemudi (untuk barang berat) beberapa blok untuk mengambil barang bekas dari tetangga mereka.
“Saya baru-baru ini menerima samsak dari grup untuk putra saya,” kata seorang anggota, Kirsten Burt. “Ini menghemat banyak uang sebelum memesannya dari Amazon, dengan semua kemasan dan emisi karbon yang mungkin terlibat.”
Membantu Orang lain yang Membutuhkan
Beberapa anggota mencari benda-benda untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Kate Haas menjadi sukarelawan bagi keluarga pengungsi dan menemukan barang-barang di grup buy nothing untuk membantu mereka. “Sang ibu tidak bisa bekerja karena covid, jadi keadaan keuangan mereka sangat tersendat,” kata Haas. “Melalui buy nothing saya menemukan permadani yang indah, pakaian, linen, mixer, dan yang terbaru, penyedot debu untuk mereka.”
Baca juga: Komunitas Lokal Pecinta Alam, Inspirasi Putu Ayu Saraswati
Koneksi Komunitas dari Gerakan Buy Nothing
Salah satu hal terbaik dari adanya grup buy nothing adalah bahwa orang-orang mengenal tetangga mereka melalui kegiatan berbagi; meminjamkan, memberi dan menerima. Sekarang, dengan kebanyakan orang tinggal di rumah saja karena pandemi, gerakan ini tampaknya lebih efisien dari sebelumnya. Seorang anggota bernama Dev Ansel menyatakan, ia sudah menjadi anggota grup selama hampir 8 tahun; menyenangkan baginya untuk bertemu begitu banyak tetangga yang hebat. “Saya berada di banyak grup situs gratis dan semuanya memiliki tujuan; tetapi hanya di grup buy nothing ini saya membuat koneksi yang sebenarnya, dan itu tak ternilai harganya,” tuturnya.
Sumber: