Jakarta (Greeners) – Gempa Cianjur magnitudo 5,6, Senin (21/11) menyisakan duka mendalam. Selain menelan banyak korban jiwa, masyarakat pun mengalami kerugian materiil. Korban jiwa anak-anak juga mendominasi.
Banyak di antara anak-anak saat kejadian sedang berada di sekolah, madrasah dan pesantren. Badan Nasional Penanggulangan Bencana merilis jumlah korban meninggal gempa di Kabupaten Cianjur hingga Selasa (22/11) mencapai 268 jiwa. Korban yang sudah teridentifikasi sebanyak 122 jenazah, masih ada korban hilang sejumlah 151 orang. Ribuan bangunan rusak ringan. Puluhan bangunan rusak sedang dan berat.
Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) sebagai organisasi yang fokus pada pemenuhan hak anak, menerjunkan tim tanggap darurat pada Selasa (22/11). Mereka menyalurkan bantuan awal sekaligus kaji cepat untuk memahami kebutuhan anak dalam situasi bencana.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti mengatakan, sebagai lembaga yang fokus kepada pemenuhan hak-hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan, turut bergerak membantu warga terdampak bencana dengan menurunkan tim dan menyalurkan bantuan.
Adapun bantuan cepat yang Plan Indonesia salurkan antara lain, paket hygine kit untuk anak laki-laki, paket kebersihan dan kesehatan menstruasi untuk anak perempuan. Selain itu juga makanan dan air mineral untuk anak dan keluarga terdampak.
“Setelah mendapatkan data lebih akurat dari tim lapangan yang melakukan kaji cepat, kami akan dapat memetakan kebutuhan anak-anak lebih lanjut. Baik anak perempuan maupun anak laki-laki, dalam situasi bencana seperti ini,” kata Dini dalam keterangannya.
Kebutuhan Anak Terdampak Gempa Cianjur
Ia menambahkan, timnya juga akan mengidentifikasi dampak bencana dan kebutuhan lanjutan anak-anak terdampak bencana gempa Cianjur. Bantuan tersebut antara lain layanan pengasuhan, psikososial, hunian sementara ramah anak.
Kemudian juga pendidikan sementara selama pengungsian, layanan perlindungan anak dari kekerasan di situasi bencana. Serta layanan mendasar lainnya seperti kebutuhan air bersih dan peralatan kebersihan diri.
Untuk meningkatkan bantuan bagi tanggap darurat, Plan Indonesia juga membuka pintu donasi bagi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan untuk korban anak dan keluarga yang terdampak bencana.
Plan Indonesia juga berkolaborasi dengan komunitas Gelang Harapan atau HOPE yang figur publik seperti Wulan Guritno, Amanda Soekasah, dan Janna Soekasah Joesoef inisiasi. Kegiatan ini untuk melakukan penggalangan bantuan melalui crowdfunding yang nantinya akan disalurkan kepada masyarakat terdampak.
Kesiapsiagaan Bencana Bagi Anak
Dalam kesempatan tersebut, Dini juga menyampaikan keprihatinannya dengan besarnya jumlah korban usia anak-anak dalam bencana gempa Cianjur. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak, agar lebih memperkuat implementasi program kesiapsiagaan bencana untuk anak.
Lebih jauh, dia menjelaskan, sebagian besar wilayah Indonesia rawan terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran hutan, gunung meletus, dan lain sebagainya.
Sedangkan, kejadian bencana dapat terjadi sewaktu-waktu. Jika peristiwa terjadi pada pagi, siang, dan sore, anak-anak menjadi pihak paling rentan terdampak, termasuk kelompok difabel dan perempuan.
Untuk itu, lanjut dia, Plan Indonesia mendesak program-program tentang kesiapsiagaan bencana melalui sekolah, lembaga-lembaga masyarakat, seperti karang taruna, makin pemerintah perkuat. Terutama di daerah rawan bencana, seperti di Cianjur.
“Selain itu penting memastikan sekolah dan bangunan di daerah-daerah ini pun tahan bencana,” ucapnya.
Program Urban Nexus dan sekolah tangguh bencana, selama ini sudah banyak lembaga sosial kemasyarakatan inisiasi, termasuk Plan Indonesia. Hal ini dapat menjadi prioritas di daerah rawan bencana dan pemerintah perkuat replikasinya.
Penulis : Ari Rikin
Editor : Ari Rikin