Festival Pangan Gali Peran Pangan Lokal dalam Kurangi Emisi

Reading time: 3 menit
Festival Pangan 2024 menggali peran pangan lokal dalam mengurangi emisi. Foto: Dini Jembar Wardani
Festival Pangan 2024 menggali peran pangan lokal dalam mengurangi emisi. Foto: Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Festival Pangan Simpulhijau 2024 mengangkat tema pentingnya konsumsi pangan lokal dalam mengurangi emisi karbon. Festival yang melibatkan para pegiat pangan ini diselenggarakan oleh Komunitas Simpulhijau dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia di TWA Mangrove pada Sabtu, 26 Oktober.

Acara ini menawarkan berbagai kegiatan yang mengajak publik kembali menyadari peran alam dan pangan lokal. Kegiatan tersebut meliputi bazar pangan lokal dan program titip tanam mangrove.

Pendiri Kebun Kumara, Soraya Cassandra, atau Sandra, ikut berpartisipasi dan membagikan pengetahuan tentang dampak konsumsi pangan terhadap pengurangan jejak emisi karbon. Sandra menjelaskan bahwa hasil emisi karbon dari pangan lokal jauh lebih rendah dibandingkan pangan impor.

“Misalnya, ketika melihat bawang lokal lebih mahal daripada bawang impor, kita bisa mengubah cara pandang. Dengan membeli bawang lokal, kita mendukung petani lokal dan keberlanjutan pertanian,” kata Sandra di Talkshow Festival Pangan 2024.

Menurut Sandra, salah satu cara mendukung pangan lokal adalah dengan berkebun. Kegiatan ini dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dengan menanam di kebun.

BACA JUGA: Kurangi Jejak Karbon dalam Piringmu dengan 8 Cara Ini

“Dengan berkebun, meskipun bukan petani, kita bisa memahami peran dalam rantai pasok pangan. Rantai pasok pangan memiliki emisi karbon yang tinggi, mulai dari penanaman hingga distribusi,” tambahnya.

Ia menambahkan, banyak orang hanya memperhatikan emisi dari transportasi, tetapi emisi karbon sudah tinggi sejak awal penanaman, terutama karena penggunaan bahan bakar fosil dalam teknologi, pupuk, dan pestisida.

Oleh karena itu, menghadirkan “supermarket sehat” di rumah dapat memperpendek jarak tempuh pangan yang dikonsumsi. Dengan menumbuhkan pangan di rumah, emisi pun berkurang karena kebutuhan pangan sudah tersedia di kebun rumah. Jika ada pangan yang tidak memungkinkan tumbuh di lingkungan rumah, Sandra menyarankan membeli pangan dari sekitar atau pangan lokal khas daerah masing-masing.

Festival Pangan 2024 mengali peran pangan lokal dalam mengurangi emisi. Foto: Komunitas Simpulhijau

Festival Pangan 2024 menggali peran pangan lokal dalam mengurangi emisi. Foto: Komunitas Simpulhijau

Optimalkan Lahan

Sementara itu, dengan memiliki kebun di rumah, setiap orang dapat mengoptimalkan lahan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk fungsi ekologis dan jasa ekosistem. Misalnya, jika dimulai dari lahan yang hanya ditumbuhi rumput, lahan tersebut bisa diolah menjadi kebun yang produktif.

“Dengan menanam berbagai tanaman pangan, buah-buahan, dan tanaman peneduh, serta mungkin menambahkan kandang ayam, fungsi lahan tersebut dapat meningkat,” tambah Sandra.

Lahan yang sebelumnya hanya berumput kini dapat menjadi habitat bagi berbagai makhluk hidup, membantu penyerapan air, dan menyediakan manfaat ekologis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa lahan bisa setiap orang optimalkan menjadi lebih bermanfaat.

Membiasakan Diri untuk Mengompos

Berkebun bukan hanya tentang menumbuhkan kebutuhan pangan di rumah dan mengurangi emisi karbon, tetapi juga tentang membiasakan diri dengan praktik mengompos.

Metode pengomposan membantu setiap orang menyadari bahwa tanah yang sehat adalah fondasi dari segala sesuatu. Mereka dapat membuat pupuk sendiri di rumah dari sisa-sisa makanan yang biasanya mereka buang begitu saja.

“Semua sisa makanan, termasuk tulang ikan dan ayam, dapat terurai dengan baik dan kembali menjadi tanah. Oleh karena itu, orang yang berkebun akan lambat laun mengadopsi praktik pengomposan,” ucap Sandra.

BACA JUGA: Lindungi Hutan Luncurkan ‘Imbangi’ Kalkulator Penghitung Emisi

Selain itu, mengompos juga berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon. Saat seseorang tidak membuang sampah makanan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), langkah ini dapat mengurangi emisi gas metana dan karbon. TPA merupakan salah satu sumber emisi karbon dan metana terbesar. Sebab, sampah makanan, plastik, dan bahan lainnya yang tercampur akan menghasilkan gas berbahaya.

“Dengan mengompos, orang dapat membantu mengurangi emisi karbon. Selain itu, ini juga memberdayakan keberpihakan pada pangan lokal,” imbuh Sandra.

Sandra menegaskan, membeli produk lokal dari bisnis-bisnis setempat merupakan salah satu cara untuk mendukung pangan yang sehat dan lokal. Ini menkadi salah satu langkah signifikan dalam mengurangi jejak karbon.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top