Fans K-Pop Minta HYBE Hentikan Penjualan Album yang Tak Ramah Lingkungan

Reading time: 3 menit
Fans K-Pop meminta HYBE menghentikan penjualan album yang tak ramah lingkungan. Foto: Kpop4Planet
Fans K-Pop meminta HYBE menghentikan penjualan album yang tak ramah lingkungan. Foto: Kpop4Planet

Jakarta (Greeners) – Penggemar K-Pop memberikan kritik keras terhadap praktik penjualan album oleh HYBE, label BTS di Seoul. Taktik penjualan tersebut dianggap dapat meningkatkan polusi plastik.

Para penggemar menyampaikan protes di depan kantor pusat HYBE, mendesak label untuk menerapkan praktik penjualan yang lebih ramah lingkungan. Aksi kampanye itu merupakan gagasan Kpop4Planet yang membawa tema ‘Plastic Album Sins’. Mereka juga menampilkan boneka sebagai simbol penggemar yang bebas dari taktik penjualan album yang merusak lingkungan.

Menurut Kpop4Planet, perusahaan hiburan K-Pop sering menggunakan taktik penjualan yang dianggap tidak etis. Seperti menjual photocard secara acak, mengadakan undian untuk fansign, dan merilis beberapa versi album untuk mendorong pembelian massal.

HYBE, perusahaan hiburan K-Pop terkemuka dengan total aset 5,25 triliun Won Korea (sekitar 60 triliun rupiah) adalah salah satu pelaku utama dalam praktik penjualan yang merugikan lingkungan.

BACA JUGA: Peduli Lingkungan, Ribuan K-popers Tolak K-Washing

Meskipun HYBE memiliki ‘Visi Hiburan yang Berkelanjutan’, praktiknya belum sepenuhnya selaras dengan visi tersebut. Laporan keberlanjutan 2023 menunjukkan bahwa penggunaan plastik untuk produksi album meningkat sebesar 77,9% antara tahun 2022 dan 2023.

The Korea Institute of Corporate Governance and Sustainability (KCGS) menilai kinerja ESG HYBE memiliki nilai terendah dalam kategori lingkungan dibandingkan dengan tiga perusahaan hiburan besar lainnya, yaitu SM, YG, dan JYP.

Seorang anggota BTS Army dari Indonesia, Min Nona berharap agar perusahaan hiburan– termasuk HYBE–mulai mempertimbangkan dampak sampah plastik dari album. Dia juga mengkritik taktik pemasaran yang berlebihan yang berkontribusi pada masalah lingkungan.

“Sebagai seorang ARMY, saya percaya HYBE, dengan jutaan pengikutnya, memiliki kekuatan untuk memimpin perubahan menuju Bumi yang lebih baik dengan mengurangi sampah album plastik. Langkah ini akan menjadi prestasi besar dan positif. Ini juga sebanding dengan dampak positif yang diberikan oleh lagu-lagu para idola dalam kehidupan kita,” ujar Nona lewat keterangan tertulisnya, Rabu (4/9).

Kpop4Planet Berharap HYBE Akhiri Polusi Plastik

Juru Kampanye Kpop4Planet, Dayeon Lee, prihatin bahwa industri hiburan–yang merupakan salah satu pendorong ekonomi Korea Selatan–masih menerapkan taktik penjualan yang meningkatkan volume sampah plastik dan berkontribusi pada emisi global.

Padahal, situasi krisis iklim saat ini semakin memburuk. Pada November 2024, Kota Busan di Korea Selatan juga akan menjadi tuan rumah perundingan penting, yaitu Intergovernmental Negotiating Committee ke-lima (INC-5). Perundingan tersebut akan membahas perjanjian internasional mengenai polusi plastik.

“Industri K-pop tidak akan seperti sekarang ini tanpa penggemar. Jadi, kami berharap HYBE akan mendengarkan suara penggemar. Kami tidak akan berhenti sampai kami mendengar jawaban HYBE atas tuntutan kami untuk mengakhiri taktik pemasaran album yang menyesatkan,” kata Lee.

Hentikan Praktik Pembelian Album Massal

Sementara itu, pada Agustus 2024, Kpop4Planet melakukan jajak pendapat daring yang diikuti oleh lebih dari 12.000 penggemar K-Pop. Penggemar tersebut berasal dari Korea Selatan dan seluruh dunia. Mereka menyerukan kepada industri hiburan untuk menghentikan praktik penjualan yang mendorong pembelian massal album.

Sebanyak 42,8% responden menilai penggunaan album K-Pop sebagai alat undian untuk acara fansign atau tanda tangan oleh idola untuk penggemar, sebagai taktik penjualan terburuk dari perusahaan hiburan seperti HYBE.

Sebelumnya, pada Maret 2024, ada survei serupa yang melibatkan 14.000 penggemar global dan Korea Selatan. Survei menunjukkan bahwa 36,5% penggemar merasa tertekan untuk membeli beberapa album demi mengumpulkan photocard. Photocard tersebut adalah foto anggota grup K-Pop yang disertakan dalam paket album CD. Hal ini memaksa mereka untuk membeli lebih banyak album hanya untuk melengkapi koleksi photocard mereka.

BACA JUGA: Hyundai Batal Beli Alumunium dari Adaro, Fans K-Pop Gembira

Selain itu, 27,7% membeli album untuk meningkatkan peluang mereka menghadiri acara eksklusif seperti fansign bersama artis idola mereka. Data ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk perubahan mendasar dalam taktik penjualan album K-Pop.

Alhasil, Kpop4Planet telah mengirimkan surat terbuka kepada HYBE untuk menyampaikan suara penggemar. Mereka juga menuntut perusahaan agar menghentikan praktik penjualan yang memaksa penggemar membeli beberapa salinan album fisik yang sama. Hingga saat ini, HYBE belum memberikan tanggapan.

Sampah Plastik Meningkat 14 Kali Lipat

Menurut laporan parlemen Korea pada tahun 2022, hasil sampah plastik oleh perusahaan hiburan meningkat 14 kali lipat dalam enam tahun terakhir. Meskipun era streaming digital semakin mendominasi, penjualan album fisik K-pop tetap melonjak dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2023, lebih dari 116 juta album fisik terjual, termasuk 400 album terbaru.

Sejak kampanye ‘No K-pop on a Dead Planet’ oleh Kpop4Planet pada tahun 2021, industri K-pop telah mengambil beberapa langkah tentatif menuju keberlanjutan. Namun, sayangnya solusi itu masih semu.

Upaya itu telah mereka lakukan seperti penggunaan kertas ramah lingkungan, perilisan album secara digital, dan photocard yang dapat dilarutkan. Namun, sebagian besar upaya tidak berhasil mengatasi akar penyebab sampah plastik yang berlebihan.

“Upaya yang telah mereka baru-baru ini seperti menggunakan tinta kedelai, atau bahan daur ulang lainnya untuk album. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak benar-benar memahami apa yang penggemar inginkan,” kata penggemar ENHYPEN, Mathieu Berbiguier.

Mathieu menambahkan bahwa perusahaan hiburan perlu mengubah cara penggemar mengakses acara fansign. Ia juga menyarankan, pengembangan sistem alternatif yang tidak mendorong penggemar untuk menghasilkan sampah demi melengkapi koleksi photocard mereka.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top