Enam Pemuda Indonesia Suarakan Isu Biodiversitas di COP16 CBD

Reading time: 2 menit
Enam pemuda Indonesia menyuarakan isu biodiversitas di COP16 CBD. Foto: Istimewa
Enam pemuda Indonesia menyuarakan isu biodiversitas di COP16 CBD. Foto: Istimewa

Jakarta (Greeners) – Pekan ini, konferensi keanekaragaman hayati dunia atau Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity yang ke-16 (COP16 CBD) berlangsung di Cali, Kolombia. Enam pemuda Indonesia yang inspiratif dalam menggerakkan aksi lingkungan terpilih untuk mewakili bangsa di panggung global. Mereka akan ikut mengadvokasi biodiversitas dan keadilan iklim.

Lebih dari 190 negara berpartisipasi dalam kegiatan dua tahunan ini. Kegiatan ini mempertemukan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, masyarakat adat, bisnis, kelompok muda, masyarakat sipil, dan akademisi. Dalam pertemuan ini, pemerintah akan meninjau kemajuan yang telah dicapai dalam mengimplementasikan Global Biodiversity Framework (GBF).

BACA JUGA: Kolaborasi Multipihak Kunci Pelestarian Biodiversitas Indonesia

Terkait peran orang muda, Life of Pachamama, organisasi yang beranggotakan sekelompok pemuda di Kolombia dan penyelenggara COP 16 CBD, mengadakan program solidaritas. Kegiatan ini menjadi platform dinamis untuk mengintegrasikan pengalaman dan memobilisasi pemimpin muda dalam isu biodiversitas yang kritis.

Dengan demikian, mereka menekankan pentingnya partisipasi pemuda dari kawasan Global South dalam dialog tentang keadilan iklim dari wilayah dan komunitas mereka, sekaligus mendorong kerja sama dan solidaritas.

Jose Fernando Palacio (Co-leader COP16 Strategy) dan Juan David Amaya (Associate Director) dari Life of Pachamama menjelaskan bahwa pemilihan delegasi muda Indonesia berdasarkan sejumlah pertimbangan. Hal itu termasuk representasi yang adil dari seluruh wilayah Indonesia, dengan perhatian khusus pada daerah yang paling terdampak oleh perubahan iklim dan titik-titik keanekaragaman hayati yang teridentifikasi.

Berikut enam pemuda Indonesia yang hadir dalam COP 16 CBD di Kolombia:

1. F. Deliana Winki – Pendiri dan pengajar Sekolah Adat Arus Kualan

2. Andi Reza Zulkarnain – Co-chair Young People Action Team (YPAT) UNICEF East Asia and Pacific (EAPRO)

2. Novita Ayu Matoneng Oilsana – Pendiri Komunitas BALENTA

3. Salma Zakiyah – Program Officer MADANI Berkelanjutan

4. Raja Mulkan Azhari – Campaigner Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA)

5. Naomi Waisimon – Social Entrepreneur

Mereka tidak hanya berpartisipasi dalam sejumlah panel utama, melainkan juga berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para pengambil keputusan global. Hal ini penting untuk memastikan bahwa masyarakat dan wilayah yang paling terdampak dapat menyuarakan pendapat mereka dalam diskusi keanekaragaman hayati.

Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia, Mufti Barri, menegaskan bahwa konferensi ini sangat relevan bagi Indonesia yang memiliki biodiversitas tinggi. Biodiversitas mencakup satwa, tanaman, dan manusia, termasuk masyarakat adat yang merupakan bagian dari ekosistem.

BACA JUGA: Perubahan Iklim Bakal Punahkan 37 % Spesies di Tahun 2050

Selanjutnya, Mufti menekankan bahwa COP kali ini penting untuk menunjukkan siapa sebenarnya penjaga keanekaragaman hayati di bumi. Ia juga menyoroti bahwa gangguan alam sekecil apa pun dapat berdampak signifikan terhadap kehidupan manusia, karena manusia adalah bagian dari ekosistem.

“Contohnya, wabah COVID-19 yang pernah menyerang kita, terjadi karena adanya gangguan ekosistem dan rantai makanan. Hingga kemudian memunculkan dan menyebarkan virus baru dan berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia,” kata Mufti lewat keterangan tertulisnya, Senin (21/10).

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top