Kadahang (Greeners) – Sekolah Dasar Prailangina adalah sekolah yang menjadi tujuan utama dari kunjungan tim Ekspedisi Sumba 2015. Tentunya sekolah ini harus mendapat perhatian lebih dibandingkan tempat-tempat lain yang didatangi oleh tim ekspedisi. Setidaknya begitulah yang dirasakan oleh Sylvia Melzer.
Ibu dari tiga anak ini mengaku ada perasaan tersendiri saat tiba dan berinteraksi dengan seluruh perangkat sekolah di SD Prailangina, khususnya saat ia menyaksikan fasilitas sekolah yang begitu minim dan tidak memiliki akses listrik serta air bersih.
Sylvia, salah satu peserta yang tergabung dalam tim Ekspedisi Sumba 2015 ini menyatakan bahwa perlu dilakukan pembinaan yang cukup dan memastikan seluruh perangkat sekolah menjaga panel surya yang direncanakan akan dipasang di sekolah tersebut.
“Setelah melihat keadaannya dan berinteraksi dengan perangkat sekolah, saya merasa SD Prailangina ini agak sulit untuk berkembang jika tidak ada bimbingan yang rutin dilakukan sebelumnya,” tutur Sylvia, Kamanggih, Selasa (08/09).
Perasaan pesimis tersebut, dikatakan oleh Sylvia, datang setelah sebelumnya ia melihat langsung pengunaan panel surya yang tidak maksimal di SD Binawero. Meski demikian, ia tetap berharap dimanapun dan jenis apapun teknologi yang diberikan tentu diberikan dengan maksud mempermudah akses masyarakat terhadap listrik.
Sylvia sendiri mengaku sangat mencintai Indonesia. Bahkan ia mengaku saat masih kecil ia selalu bermimpi untuk bisa tinggal dan hidup di Indonesia. Namun ia menyadari hal itu tidak akan mungkin terjadi karena saat ini ia sudah memiliki keluarga. Ia hanya bisa berdoa dan berharap kalau Sumba, bagian dari begitu banyaknya pulau di Indonesia ini, mampu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya melalui proyek Sumba Sebagai Pulau Percontohan untuk energi terbarukan pada 2020 mendatang.
Sebagai informasi, Sylvia adalah salah satu peserta tim Ekspedisi Sumba 2015 asal kota Oegstgeest, Belanda. Bersama tujuh orang peserta lainnya, Sylvia melakukan perjalanan untuk mempelajari dan merasakan bagaimana suasana dan keadaan hidup masyarakat Sumba sembari mengkampanyekan perubahan iklim dan energi terbarukan yang dikembangkan oleh Hivos, organisasi internasional pembangunan nirlaba non-pemerintah internasional.
Ketujuh peserta tim Ekspedisi Sumba 2015 lainnya adalah Dea Sihotang dari Cibubur, Novianus Efrat dari Jakarta, Saepul Hamdi dari Sukabumi dan Griksa Gunadarma dari Jakarta. Sedangkan tim dari Belanda selain Sylvia yaitu Guido, Franka, dan Joyce.
Penulis: Danny Kosasih