Jakarta (Greeners) – Yayasan EcoNusa menyelenggarakan konser virtual bertajuk Hutan Merdeka yang bertagar #BeradatJagaHutan hari ini, Sabtu, 29 Agustus 2020. Aksi ini merupakan bentuk kampanye lingkungan untuk menyuarakan kesadaran bahwa hutan merupakan sumber penghidupan. Musik juga dinilai dapat menjadi medium untuk menyampaikan berbagai pesan kehidupan termasuk isu-isu lingkungan hidup.
Konser yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ke-75 Republik Indonesia ini melibatkan sejumlah musisi yang berasal dari Papua. EcoNusa berharap, aksi ini juga dapat mendorong upaya perlindungan hutan Indonesia yang masih tersisa dan membantu masyarakat adat yang terdampak Covid-19.
“Alasan di balik pembuatan konser ini karena kami ingin mengajak lebih banyak orang untuk tidak hanya peduli, tetapi juga ikut bersama menjaga hutan,” ujar Bustar Maitar, CEO Yayasan Econusa kepada Greeners, Jumat, (28/08/2020).
Baca juga: Tetra Pak Jalankan Aksi Keberlanjutan Lingkungan Selama 15 Tahun
Ia menuturkan hutan Indonesia semakin habis sehingga pemerintah diharuskan benar-benar menunjukkan komitmen untuk tidak lagi memberikan izin pembukaan hutan dan melindungi hutan-hutan yang tersisa. “Hutan Indonesia harus merdeka dari deforestasi,” ucapnya.
Bustar mengatakan masyarakat Indonesia boleh berbangga hati karena negara kepulauan ini menjadi satu-satunya pemilik hutan hujan tropis yang mendapat apresiasi internasional. Menurutnya usaha pemerintah untuk menunda pemberian izin baru, penyempurnaan tata kelola alam dan lahan gambut, pengendalian kebakaran hutan maupun lahan, akan membantu memberikan kontribusi nyata dalam menekan laju deforestasi. Sebab hingga saat ini ancaman terhadap kelestarian hutan dan keberlangsungan hidup masyarakat di dalamnya masih tetap ada.
“Kebanggaan atas hutan Indonesia dapat diwujudkan dalam bentuk komitmen untuk menjaga hutan agar tetap lestari,” ujar Bustar.
Selain itu, pandemi global Covid-19 juga menjadi ancaman baru bagi masyarakat adat. Pola hidup masyarakat adat yang komunal dan saling bergantung terhadap sesama anggota membuat risiko tertular virus menjadi tinggi. Melalui konser virtual Hutan Merdeka ini, Yayasan EcoNusa mengajak masyarakat Indonesia memberikan bantuan nyata untuk mengurangi risiko penyebaran virus korona di antara masyarakat adat.
Bustar mengatakan bahwa masyarakat adat sebagai kelompok yang paling rentan perlu dilindungi karena selama ini mereka berkontribusi menjaga dan mengelola hutan Indonesia. Hutan dan masyarakat adat, kata dia, memiliki hubungan ketergantungan yang erat. Tanpa keduanya upaya Indonesia untuk mengurangi laju deforestasi akan sia-sia. Oleh karena itu diperlukan gerakan bersama untuk menjaga dan melindungi eksistensi hutan maupun masyarakat adat yang juga merupakan identitas bangsa.
“Konser ini mengajak masyarakat bergerak bersama #BakuDukung untuk hutan dan masyarakat adat yang saat ini sedang dalam ancaman, baik ancaman ekspansi industri maupun ancaman virus korona,” ucapnya.
Baca juga: Nutrifood Lakukan Kolaborasi untuk Mengelola Sampah
Konser virtual Hutan Merdeka #BeradatJagaHutan melibatkan musisi-musisi Indonesia, di antaranya Slank, Barasuara, Iwa K, Hindia, Ipang, Michael Jakarimilena, Nowela, Molucca Bamboowind Orchestra, dan Bengkel Mambriben Art. musik ini juga dinilai menjadi bahasa universal bahasa universal yang mampu menyampaikan berbagai pesan kehidupan, tak terkecuali pesan-pesan tentang isu lingkungan hidup.
Nowela, penyanyi kelahiran Wamena, Papua yang tumbuh dekat dengan alam dan masyarakat adat Papua mengatakan kesadaran untuk menjaga hutan harus datang dari diri sendiri dimulai dari hal yang paling kecil. “Hutan yang terbesar ada di Indonesia Timur, kalau hutan yang tersisa tersebut habis, Indonesia tidak punya apa-apa lagi,” kata dia.
Dalam konser ini, masyarakat Indonesia dapat berdonasi melalui platform https://kitabisa.com/campaign/bakudukungcegahcovid untuk mendukung perlindungan masyarakat adat dari virus korona.
Penulis: Dewi Purningsih