Jakarta (Greeners) – Guna menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyiapkan sistem untuk mitigasi bencana dengan mengerahkan seluruh sumber daya.
KTT ASEAN ke-42 ini akan diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 9 hingga 11 Mei 2023 mendatang.
Tahun 2023, merupakan kali kelima Indonesia dapat kepercayaan sebagai ketua bergilir ASEAN. Tema KTT ASEAN tahun ini yaitu “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth“. Tema tersebut memiliki arti bangsa ini sangat menginginkan ASEAN tetap penting dan relevan bagi semua masyarakat maupun dunia.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, setelah KTT G20 ke-17, Moto GP Mandalika, dan F1 Powerboat, BMKG juga akan berkontribusi pada KTT ASEAN 2023. Berbagai persiapan pun terus BMKG lakukan agar acara tersebut terselenggara dengan baik.
Dwikorita juga menambahkan, BMKG siap mendukung acara ini. Salah satunya adalah pemuktahiran informasi BMKG seperti cuaca, iklim, dan gempa bumi di semua lokasi acara.
Dukungan BMKG Sukseskan KTT ASEAN
Dalam mendukung upayanya, BMKG akan mengerahkan beberapa peralatan untuk memonitor dan mendeteksi dini potensi gempa serta tsunami. Tak hanya itu, BMKG juga menyediakan sistem peringatan dini potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan potensi tsunami di seluruh wilayah KTT ASEAN.
“Secara khusus, BMKG juga menyediakan informasi cuaca strategis untuk mendukung keselamatan transportasi para kepala negara ASEAN maupun seluruh delegasi negara yang hadir di Indonesia,” terangnya.
Selain itu, BMKG menyiagakan 14 Stasiun BMKG di seluruh provinsi NTT. Kesiagaan tersebut didukung oleh sistem dari pusat dan 190 stasiun BMKG. Sistem ini dilengkapi dengan 40 radar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan cara ini, data dan informasi yang BMKG hasilkan akan lebih cepat, tepat, dan akurat.
BMKG bersama institusi lain seperti BNPB, BRIN, TNI, Polri, dan pemerintah daerah setempat juga menyiapkan rencana tanggap darurat. Terlebih jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami.
“Mengingat Labuan Bajo sendiri adalah wilayah rawan tsunami serta tempat penyelenggaraan KTT ASEAN di pinggir laut dan dekat dengan perairan,” ucap Dwikorita.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin