Jakarta (Greeners)- Komitmen politik pemerintah Indonesia terhadap transisi energi dan iklim tampaknya masih lemah. Untuk mencapai tujuan ini, Climate Rangers meluncurkan kampanye [RE]Solusi bersama 350 Indonesia. Kampanye ini akan mendorong energi terbarukan berbasis komunitas sebagai solusi energi di Indonesia.
Saat ini, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 3.686 gigawatt, namun yang termanfaatkan hanya 12.7 gigawatt. Selain itu, transisi energi berbasis komunitas juga dapat mendongkrak ekonomi daerah.
Dengan peluncuran kampanye [RE]Solusi, Climate Rangers bersama 350 Indonesia menegaskan pentingnya peran energi terbarukan berbasis komunitas dalam perjalanan transisi energi di Indonesia.
Kampanye ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi besar energi terbarukan di Indonesia. Selain itu, juga memberdayakan masyarakat lokal dan mendukung ekonomi daerah.
BACA JUGA: Energi Terbarukan Mahal?
Koordinator Climate Rangers Jakarta, Ginanjar Ariyasuta mengungkapkan hasil penelitian dari Celios dan 350.org. Penelitian itu menunjukkan bahwa pembiayaan energi terbarukan berbasis komunitas dapat menyumbang hingga Rp745 triliun per tahun terhadap PDB.
“Pemerintah perlu mempertimbangkan pendekatan ini yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal. Daripada terus mendorong industri ekstraktif seperti pertambangan batu bara yang merusak lingkungan hidup dan iklim,” ucap Ginanjar lewat keterangan tertulisnya, Senin (12/8).
Desa Wisata Pionir Transisi Energi
Penerapan transisi energi dalam komunitas ini yaitu mendorong desa wisata untuk menggunakan energi terbarukan. Misalnya, di Yogyakarta dan Bali, Climate Rangers mendorong desa wisata menjadi pionir transisi energi.
Mengintegrasikan sektor pariwisata dengan energi terbarukan berbasis komunitas ini merupakan langkah yang strategis untuk memastikan keberlanjutan destinasi wisata di Indonesia.
Koordinator Climate Rangers Yogyakarta, Arami Kasih mengatakan, langkah ini tidak hanya memperkuat citra Indonesia dalam usaha transisi energi, melainkan juga menegaskan komitmen pemberdayaan masyarakat lokal.
“Jogja dan Bali memiliki 462 desa wisata yang kaya akan potensi energi terbarukan. Ini harus dimanfaatkan. Pariwisata ‘hijau’ tentu akan memberi nilai tambah penting bagi wajah pariwisata Indonesia yang dapat menarik wisatawan dunia di tengah iklim pariwisata global yang sangat kompetitif,” ungkap Arami.
Dorong Energi Terbarukan di Pesantren
Sementara itu, di Cirebon dan Sumatera Utara, Climate Rangers mendorong transisi energi di pondok pesantren. Berdasarkan data Kemenag tahun 2022, ada lebih dari 39 ribu pesantren di Indonesia dan 700 di antaranya berada di Cirebon.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 86 Tahun 2023 juga telah memerintahkan umat muslim untuk berikhtiar dalam menurunkan emisi dan transisi energi demi menjaga kelestarian lingkungan.
Menurut Koordinator Climate Rangers Cirebon, Tubagus Asad Muhajir, mendorong pondok pesantren sebagai teladan dalam transisi energi adalah langkah strategis untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam sejalan dengan pelestarian lingkungan.
Selanjutnya, di Jakarta, Climate Rangers mendorong transisi energi di sektor transportasi melalui penggantian armada Transjakarta dengan bus tenaga surya. Jakarta sebagai pusat ekonomi di Indonesia sudah sepantasnya terdepan dalam ambisi transisi energi.
Apalagi, Jakarta memiliki komitmen iklim berupa target nol emisi di tahun 2050. Komitmen itu dengan target bauran energi terbarukan daerah sebesar 45% di tahun 2030.
Koordinator Climate Rangers Jakarta, Fadilla Miftahul menegaskan, Jakarta sebagai kota yang berkontribusi emisi paling besar di Indonesia, sudah sepantasnya mengeluarkan usaha yang lebih dalam transisi energi. Misalnya, satu bus tenaga surya berpotensi mengurangi sekitar 3-9 ton emisi karbon dan meningkatkan bauran energi terbarukan sebanyak 1-2 MW per tahun.
“Ini dapat berkontribusi dalam mencapai target PLTS di Provinsi DKI Jakarta sebesar 200 MW pada tahun 2050,” jelas Fadilla.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia