Cegah Kepunahan, Dosen IPB Gelar Pelatihan Budi Daya Ikan Sidat

Reading time: 2 menit
Ikan sidat. Foto: Berita IPB
Ikan sidat. Foto: Berita IPB

Jakarta (Greeners) – Sejumlah dosen dari IPB University, tim Kedaireka Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) mengadakan pelatihan dan sosialisasi tentang budi daya, konservasi, dan pengolahan ikan sidat di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Pelatihan ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung konservasi dan mencegah kepunahan ikan sidat.

Ikan sidat adalah ikan air tawar yang termasuk dalam famili Anguillidae. Ciri khas ikan ini adalah tubuhnya yang panjang dan ramping, mirip dengan belut. Ikan sidat memiliki kemampuan unik, yakni dapat beradaptasi di perairan estuari, laut, hingga air tawar.

Sayangnya, ikan sidat termasuk dalam kategori terancam punah akibat berbagai faktor, seperti perburuan benih sidat secara besar-besaran, degradasi habitat, serta tekanan dari spesies invasif. Meskipun demikian, Kabupaten Sukabumi–salah satu penghasil benih sidat terbesar di Indonesia– sangat penting bagi masyarakat setempat dalam melakukan budi daya ikan sidat.

Dalam pelatihan tersebut, sejumlah dosen FPIK IPB memberikan berbagai materi kepada peserta. Salah satu dosen, Ronny Irawan Wahju, menjelaskan tentang penangkapan sidat dan sistem transportasi sidat. Ia menekankan pentingnya penanganan yang tepat untuk menghindari stres pada sidat yang baru tertangkap.

BACA JUGA: Ikan Sidat, Karnivora Mirip Belut yang Bernutrisi Tinggi

“Kesalahan atau kelalaian dalam penanganan benih pascapenangkapan atau benih yang baru kita beli dari pengumpul akan berisiko tinggi, yakni kematian yang terjadi pada awal pemeliharaan (delay mortality),” ujar Ronny lewat keterangan tertulisnya, Senin (14/10).

Selain itu, dalam budi daya ikan sidat yang baik, peternak memulai proses dengan memelihara glass eel (benih sidat) hingga menjadi elver (sidat muda). Saat proses tersebut, pembudi daya harus memperhatikan wadah pendederan, media pemeliharaan, kondisi benih, pakan, dan manajemen pemeliharaan.

Glass eel juga harus dapat beradaptasi dari lingkungan laut ke perairan daratan yang memiliki salinitas berbeda. Oleh karena itu, pembudi daya perlu menangani glass eel dengan penuh kehati-hatian agar dapat hidup normal.

Dosen IPB menggelar pelatihan budi daya ikan sidat. Foto: Berita IPB

Dosen IPB menggelar pelatihan budi daya ikan sidat. Foto: Berita IPB

Ikan Sidat Kaya Gizi

Guru Besar IPB University, Mala Nurilmala, membagikan materi tentang diversifikasi dan pengolahan ikan sidat. Ia menjelaskan bahwa ikan sidat kaya akan gizi, mengandung vitamin A, B1, B2, B6, C, D, protein, dan omega-3.

“Daging dapat kita olah menjadi kabayaki bumbu semur, kabayaki bumbu rujak, dan dimsum. Sisa tulang maupun kepala ikan sidat juga dapat kita manfaatkan menjadi kaldu ikan sehingga dapat memenuhi prinsip zero waste processing,” ungkapnya.

Eneng, salah satu peserta pelatihan, mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat baginya. Menurut dia, masyarakat kini dapat lebih mudah mendapatkan bahan baku untuk pengolahan. Selain itu, peserta juga dapat menerapkan ilmu yang mereka peroleh untuk mengolah ikan sidat menjadi produk bernilai jual tinggi.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top