Pasuruan (Greeners) – Pelajar di Kabupaten Pasuruan punya cara unik dan kreatif dalam mengkampanyekan pelestarian alam. Mereka menggelar Carnival On The River, sebuah karnaval yang digelar di atas air. Kegiatan ini mampu menyedot perhatian ratusan warga sehingga pesan perlindungan alam bisa langsung diterima mereka yang menyaksikan acara.
Carnival On The River merupakan parade puluhan rakit hias hasil kreasi siswa di atas air Sungai Complong, Kejayan, Kabupaten Pasuruan. Kegiatan tahunan ini sudah berlangsung sembilan kali. Setiap tahun tema karnaval berbeda dan tahun ini panitia mengambil tema Satwa Nusantara.
Sebanyak 42 rakit peserta ikut berpartisipasi dalam karnaval yang digelar Minggu (28/10/2018), siang. Sesuai tema, puluhan rakit yang dibuat dari drum dan bambu tersebut dihias dan didesain hingga menyerupai satwa-satwa liar dan dilindungi seperti elang, harimau sumatera, buaya, beberapa jenis primata, hingga berbagai burung antara lain jalak bali, kasuari hingga merak.
Bukan hanya itu, setiap rakit tersebut juga membawa peraga busana yang memakai kostum senada dengan desain rakit. Rakit-rakit tersebut digerakkan delapan hingga sepuluh pelajar untuk menyusuri sungai. Rakit-rakit hias tersebut bergiliran masuk ke garis start untuk diberangkatkan sebelum menyisir sungai sepanjang 500 meter.
Warga yang melihat di sepanjang bibir sungai bersorak dan mengabadikan momen saat rakit-rakit tersebut melintas di depan mereka. Untuk membalas sambutan penonton, peraga busana yang berdiri di atas rakit menebar senyum dan melambaikan tangan. Sesekali, rakit diputar dan bermanuver.
“Tahun ini mengambil tema Satwa Nusantara, kami ingin mengajak warga agar berperan aktif melindungi satwa yang dilindungi undang-undang. Setiap tahun temanya terus berubah, sebelumnya flora, budaya nusantara, kesenian nusantara juga pernah,” kata ketua panitia, Edy Santoso saat ditemui Greeners di lokasi karnaval.
Wakil Kepala SMAN 1 Kejayan, Kabupaten Pasuruan, ini mengatakan semua properti yang dipakai menghias rakit merupakan barang daur ulang yang tidak digunakan lagi. Pemakaian barang daur ulang merupakan syarat wajib dan masuk kriteria penilaian selain kesesuaian tema dan kualitas desain. “Untuk memberi semangat kami memberi penghargaan pada peserta terbaik,” terangnya.
Pria yang juga guru mata pelajaran kesenian ini mengungkapkan Carnival On The River dipelopori siswa SMAN 1 Kejayan. Tahun-tahun pertama kegiatan ini hanya diikuti segelintir peserta dari SMA tersebut. Namun lambat laun, kegiatan ini mendapat sambutan dari masyarakat dan akhirnya sejumlah sekolah mengirimkan perwakilan.
“Tujuan awalnya adalah mendorong kreatifitas siswa memanfaatkan barang-barang daur ulang serta mengajak warga sekitar sungai menjaga kebersihan. Akhirnya berkembang dengan berbagai tema, namun tetap dalam tema besar pelestarian alam,” terang Edy.
Dikatakan Edy, Carnival On The River berpengaruh pada cara pandang warga sekitar terhadap sungai. Sebelum ada kegiatan ini, warga membuang sampah sembarangan ke sungai. Dengan adanya acara ini warga juga mendapat hiburan gratis setiap tahun.
“Sejak ada kegiatan ini, warga sekitar Sungai Complong lebih menghargai kebersihan sungai. Sepanjang tahun sungai ini selalu bersih. Itu kebanggaan tersendiri dan sekaligus menjadi energi kami dan para siswa untuk terus berkampanye,” terangnya.
Salah satu peserta asal SMAN 1 Kejayan, Ivony, mengungkapkan rasa bangga terlibat dalam karnaval. “Saat saya SD dan SMP hanya bisa melihat acara ini. Sekarang saya bisa jadi peserta. Sangat senang,” ungkapnya.
Penulis: MA/G12