Jakarta (Greeners) β Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun Raya Cibodas kembali mekar pada awal tahun 2025. Bunga yang mekar kali ini merupakan anakan dari induk bunga bangkai dengan nomor koleksi 28 yang disemai pada tahun 2000 dan ditanam pada tahun 2004. Ini adalah kali ketiga bunga tersebut mekar di Kebun Raya Cibodas, setelah sebelumnya mekar pada tahun 2015 dan 2019.
Induk tanaman ini dikoleksi oleh Alm. R. Subekti Purwantoro dan tim pada tahun 2000 dari Sungai Manau, Batang Suliti, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatra Barat. Bunga yang mekar saat ini tercatat sebagai koleksi dengan nomor koleksi 76 C di Kebun Raya Cibodas. Tanaman ini memiliki ketinggian mencapai 2,8 meter saat mekar.
Berdasarkan data hasil pemantauan unit pengelolaan koleksi ilmiah Kebun Raya Cibodas, tunas bunga ini pertama kali teramati pada 26 Desember 2024. Kemudian, bunga tersebut mekar sempurna pada Senin, 17 Februari 2025, pukul 00.45 WIB. Pada saat mekar, tinggi spadiks bunga mencapai 293 cm (2,93 m) dan lebar spathanya 126 cm.
Namun, tanaman bunga bangkai yang saat ini mekar mengalami fase perbungaan yang tidak biasa. Sebab, bunga ini mekar lebih dari empat tahun setelah mekar terakhir pada 2019. Meskipun demikian, bunga yang mekar kali ini memiliki ketinggian yang lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
Peneliti Ahli Muda Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Destri menyampaikan, kemungkinan umbi bunga yang saat ini mekar mengalami penurunan kualitas media tanam. Hal itu menyebabkan keterlambatan perbungaannya.
Meski demikian, keterlambatan ini mengakibatkan cadangan makanan yang lebih banyak terkumpul. Sehingga, ketinggian bunga yang mekar kali ini melebihi ukuran sebelumnya.
βSeharusnya secara normal tanaman tersebut berbunga tahun 2023, tetapi mengalami keterlambatan. Hal ini kemungkinan karena umbi mengalami masalah, seperti kena hama ataupun penyakit dan membutuhkan waktu untuk pemulihan,β ungkap Destri dalam keterangan tertulisnya, Senin (17/2).
11 Spesimen Bunga Bangkai
Saat ini, Kebun Raya Cibodas memiliki 11 nomor spesimen tanaman bunga bangkai. Perlu penyerbukan buatan ntuk menambah jumlah koleksi dan menyediakan tanaman cadangan. Sebab, bunga bangkai yang ada di Kebun Raya Cibodas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri.
βJika di luar habitat aslinya, tanaman tersebut tidak akan bisa melakukan penyerbukan sendiri karena dia sendirian. Namun, di habitat aslinya, tanaman tersebut memiliki banyak teman. Sehingga, saat dia mekar dan teman yang lain juga mekar, maka penyerbukan bisa terjadi secara alami dengan bantuan serangga,β tambah Destri.
Destri menambahkan, tujuan kegiatan penyerbukan buatan adalah untuk melakukan pelestarian dan konservasi terhadap tanaman bunga bangkai, serta bisa menjadi bahan penelitian.
BACA JUGA: Setelah 16 Tahun Rafflesia arnoldii Mekar di Luar Habitat Aslinya
Selain itu, bunga bangkai juga memiliki keunikan tersendiri, yaitu aroma khasnya yang mirip bau bangkai. Tanaman ini juga memiliki perbungaan sangat besar, yang sering disebut sebagai βthe giant inflorescent in the worldβ. Perbungaan bunga bangkai terdiri dari tongkol atau spadiks yang menjulang tinggi dan dikelilingi oleh seludang bunga (spatha) berwarna merah hati saat mekar.
Tanaman ini merupakan spesies endemik Indonesia, khususnya dari Sumatra, dan memiliki masa berbunga sekitar empat tahun sekali. Tanaman bunga bangkai melalui tiga fase pertumbuhan: fase vegetatif (berdaun), fase generatif (berbunga), dan fase dorman (istirahat).
Berdasarkan penilaian dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2018, bunga bangkai termasuk dalam kategori spesies terancam punah. Keberadaannya juga dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia