Jakarta (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menekankan pentingnya kebijakan teknologi nuklir di Indonesia. Perlu persiapan matang untuk menjadikan teknologi tersebut sebagai salah satu energi alternatif. Persiapan tersebut antara lain terkait analisis dan proyeksi bauran energi hingga tahun 2060 mendatang.
“Hal ini untuk menentukan kebijakan terkait teknologi nuklir apabila nuklir menjadi salah satu sumber energi yang diproyeksikan,” ujar Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Rohadi Awaludin di Serpong, Senin (19/2).
Dalam hal ini, Mitsubishi Research Institute (MRI) dan Ontario Tech University Jepang tertarik untuk melakukan kolaborasi riset dengan BRIN. Khususnya, terkait dengan kebijakan nuklir di Indonesia. Sebab, energi nuklir akan ikut andil dalam bauran sumber energi menuju Indonesia Net-Zero Emission (NZE) 2060.
BACA JUGA: Sentuhan Nuklir Ciptakan “Wajah Baru” Sampah Plastik
Pada kesempatan tersebut, perwakilan dari Ontario Tech University Jepang, Hossam Gaber menawarkan simulator NR-HES untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
“Simulator NR-HES ini mampu menyediakan data kuantitatif untuk memperkirakan kapan, di mana, skala apa, dan karakteristik pembangkit yang sesuai dengan kebutuhan,” paparnya.
Ia juga menerangkan bahwa data karakteristik pembangkit yang sesuai sangat dibutuhkan dalam pembangunan sebuah PLTN. Terutama, pada saat mempertimbangkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir yang pertama kali, kemudian bagaimana imbasnya terhadap pembangkit yang lain.
BRIN Sambut Baik Kerja Sama Riset
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) BRIN, Syaiful Bakhri, menyambut baik kerja sama riset. Terutama, dalam bentuk simulator ini guna mempersiapkan keterlibatan energi nuklir Indonesia dalam transisi energi menuju NZE.
“MRI menawarkan kerja sama riset dalam bentuk simulator, sebagaimana PLTN berikut supply fuel dan operasinya benar-benar sesuai dengan demand,” tutur Syaiful.
BACA JUGA: DPR Akan Rombak Kebijakan Energi Nuklir
Syaiful menjelaskan, perangkat lunak ini bisa menjadi pembanding perangkat lunak simulasi dari International Atomic Energy Agency (IAEA). Perangkat itu sudah dipakai oleh periset di ORTN.
“Harapannya, kami bisa ikut mengembangkan metode pemodelan ini. Kemudian, menerapkannya untuk studi kasus di Indonesia, serta hasil analisis bisa lebih akurat. Sehingga, ini bisa menjadi umpan balik bagi pemangku kebijakan ke depannya,” ujarnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia