Jakarta (Greeners) – Pertemuan Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG) dalam Presidensi G20 menjadi tantangan bagi Indonesia untuk membangun kolaborasi riset di sektor biodiversitas dan energi.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, terdapat dua fokus yang RIIG tekankan. Pertama, bagaimana Indonesia bisa memperkuat kolaborasi sharing fasilitas.
Kedua, bagaimana mengatur tata kelola kolaborasi riset multinegara. “Keduanya difokuskan agar kita bisa melakukan kolaborasi riset di masa mendatang,” katanya dikutip dari laman BRIN, Sabtu (7/5).
Terdapat dua topik yang masih menjadi tantangan sebagai topik yang sulit terwujud selama ini. Pangan dan energi, termasuk biodiversitas, sambung dia adalah modal dasar di negara masing-masing.
“Sehingga ada kekhawatiran di masing-masing negara dan potensi penyalahgunaan tinggi. Energi juga demikian. Energi terkait kedaulatan negara,” ungkapnya.
Selain itu, pangan dan energi sulit terkolaborasikan karena tata kelolanya yang selama ini belum pernah ada. “Untuk itu momen G20 dinilai tepat untuk mendukung inisiatif Indonesia melakukan tata kelola tersebut,” imbuhnya.
Kolaborasi Riset Berskala Global
Melalui RIIG, BRIN membangun, berinisiatif menjual kolaborasi riset di seputar topik pangan dan energi bersama Indonesia.
Indonesia memiliki hampir 30.000 spesies di darat. Selama ini hanya 50 spesies yang sudah benar-benar jadi obat. “Mengapa hanya sedikit? Karena kita belum mampu melakukan riset sendirian hingga menjadi produk. Untuk itu perlu kolaborasi riset,” tegasnya.
Mengenai kolaborasi riset, menurutnya, komunitas periset sudah mulai menyadarinya sejak mulai pandemi. “Sejak itu, kita mulai mengubah cara berfikir bahwa kita tidak bisa berjalan sendirian,” ujarnya.
Setelah integrasi di BRIN, Indonesia punya fasilitas infrastruktur riset yang diperhitungkan. Misalnya, Indonesia memiliki armada kapal riset yang terbesar di antara negara G20. Ia berharap hasil riset nantinya bukan hanya untuk Indonesia, tapi hingga ke skala global dunia.
Indonesia Lebih Percaya Diri
Ia menyebut saat ini Indonesia jauh lebih percaya diri karena kita punya kapasitas dan kompetensi dan sumber daya yang sudah terintegrasi. “Kita punya standing position yang lebih kuat sebagai inisiator dan leader tata kelola riset kolaborasi,” tandasnya.
Adapun dalam kesempatan Presidensi G20 Indonesia, BRIN melakukan pertemuan RIIG. Ini merupakan sebuah pertemuan para menteri riset dan inovasi dari berbagai negara.
Handoko menegaskan sebagai lembaga baru, BRIN merupakan role model lembaga yang melakukan aktivitas riset dan inovasi, bukan hanya di Indonesia melainkan juga di dunia.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin