Jakarta (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengenalkan pengembangan teknologi Fishway dalam acara Word Water Forum ke-10 di Nusa Dua Bali, Senin (25/05). Teknologi itu untuk untuk menjaga kelestarian populasi ikan air tawar.
Teknologi Fishway merupakan hasil kolaborasi BRIN bersama Charles Sturt University dan Australian Centre for International Agricultural Research.
Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat, Arif Wibowo menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia terkait kekayaan biodiversitas di air tawar.
“Sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah menjaga populasi ikan air tawar di sungai-sungai,” ujar Arif lewat keterangan tertulisnya, Senin (25/5).
Menurut Arif, pembangunan bendungan untuk irigasi maupun pembangkit listrik tenaga air dapat mengakibatkan terhambatnya jalur migrasi ikan.
BACA JUGA: Populasi Pesut Mahakam Menurun: Penggunaan Rengge Masih Jadi Biang Keladi
“Pembangunan infrastruktur tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan populasi ikan hingga 20%. Penurunan populasi ikan di sungai menjadi bukti diperlukannya langkah antisipasi. Hal tersebut dapat dilakukan melalui penyediaan bukti ilmiah yang kuat terkait kondisi lingkungan perairan,” ungkapnya.
Melalui kolaborasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan sumber daya air dan pembangunan bendung atau bendungan, mereka dapat menciptakan sebuah sistem yang bernama Fishway atau tangga ikan.
Teknologi tangga ikan di Indonesia pertama kali dibangun pada tahun 1991 di Bendung Perjaya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan oleh BBWS Sumatera VIII Kementerian PUPR dengan tipe pool dan weir fishway.
Arif menegaskan dengan adanya Fishway di Indonesia membuktikan bahwa paling tidak 60-70% dari populasi ikan dapat bertahan.
“Jika Fishway tidak ada, hanya akan menyisakan 20% dari populasi ikan, bahkan bisa menyisakan 10% atau ikan migratorinya hilang,” tegasnya.
Hasil Tangkapan Ikan Menurun
Periset Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat, Dwi Atminarso mengungkapkan masyarakat mengeluhkan penurunan hasil penangkapan ikan di sungai. Keluhan itu mereka sampaikan selama beberapa dekade terakhir. Bahkan, beberapa spesies telah hilang sama sekali dari hasil tangkapan mereka. Hal ini terjadi akibat terhambatnya jalur migrasi ikan yang hidup di habitat air sungai.
“Perlu melakukan mitigasi bersama-sama agar dapat menjaga keberlanjutan sumber daya ikan. Ikan menjadi sumber protein penting dan komoditas perdagangan yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar sungai di Asia Tenggara,” kata Dwi.
BACA JUGA: Tercemar Mikroplastik, Masyarakat Sulit Cari Ikan di Sungai Musi
Dwi mengatakan, untuk merancang Fishway yang efektif ada banyak faktor yang diperhitungkan. Periset harus memahami spesies ikan yang ada di sungai serta kondisi hidrologi di sekitar sungai tersebut.
Selain itu, data hidrologi sangat penting untuk memahami pola aliran air dan tingkat ketinggian air di dalam kolam-kolam tangga ikan. Lalu, data mengenai spesies ikan akan membantu dalam merancang kemiringan Fishway yang sesuai dengan kebutuhan ikan-ikan dengan ukuran yang berbeda-beda.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia