Jakarta (Greeners) – Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PREE BRIN) dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) membangun kerja sama riset restorasi gambut di Kalimantan Barat. Hal itu guna mendukung upaya mitigasi perubahan iklim dan meningkatkan penghidupan masyarakat di Kalimantan Barat.
Melalui kesepakatan kerja sama selama tiga tahun ini, YKAN dan BRIN akan melakukan kegiatan riset bersama. Kolaborasi tersebut untuk mendorong upaya pemerintah Indonesia mencapai target penurunan emisi. Tujuan lainnya adalah meningkatkan perekonomian masyarakat melalui program restorasi ekosistem gambut di Kalimantan Barat.
Lahan gambut tropis di Indonesia seluas 13,4 juta hektare menyimpan 57 giga ton karbon atau 55 % dari total karbon gambut tropis dunia.
Berdasarkan hasil kajian solusi iklim alami (Natural Climate Solutions), ekosistem gambut berpotensi lebih besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Itu apabila dibandingkan dengan ekosistem mangrove dan lahan kering, yakni 74 persen (YKAN, 2022).
BACA JUGA: Jaga Lahan Gambut untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Oleh karena itu, perlindungan dan restorasi gambut berperan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara global. Hasil riset dan kajian ilmiah amat diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam penanganan perubahan iklim.
Kepala PREE BRIN, Anang Setiawan Achmadi BRIN berperan penting dalam menyediakan data dan informasi yang akurat, komprehensif, dan terkini. Hal itu terkait potensi mitigasi dari restorasi gambut berdasarkan hasil kajian ilmiah.
“Kolaborasi PREE BRIN dan YKAN merupakan salah satu bentuk riset aksi untuk menjawab berbagai persoalan yang sering terjadi dalam restorasi gambut secara komprehensif. Hal itu dengan mempertimbangkan aspek ilmiah, teknis, biofisik hingga sosial ekonomi masyarakat,” ucap Anang.
Kalimantan Barat Menjadi Provinsi Prioritas
Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi prioritas untuk penerapan solusi iklim alami YKAN. Sebab, terdapat tutupan lahan gambut seluas 1,6 juta hektare dan potensi mitigasi.
BRIN dan YKAN telah mengkaji dampak dari restorasi gambut terhadap penurunan emisi serta mendukung upaya berkelanjutan.
“Hal ini bertujuan untuk melindungi gambut dari degradasi dan deforestasi yang melibatkan seluruh pihak,” ujar Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto.
BRIN dan YKAN akan melakukan serangkaian kajian teknis dan sosioekonomi. Itu terkait optimalisasi pembangunan sekat kanal dalam upaya mengelola muka air gambut sebagai bagian dari proses pembasahan kembali lahan gambut.
Kemudian, evaluasi dampak pembasahan kembali lahan gambut yang terdegradasi terhadap emisi gas rumah kaca dan ekspor karbon akuatik. Ketiga, penerapan praktik pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan peluang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal itu melalui model bisnis berkelanjutan di lahan gambut yang terdegradasi.
BACA JUGA: 2,5 Juta Ha Gambut di KHG Rentan Terbakar, Tertinggi di Kalimantan
Pembasahan Gambut Bisa Turunkan Emisi
Pembasahan kembali area gambut merupakan salah satu upaya yang efektif secara biaya dalam mencapai target penurunan emisi karbon nasional.
“Upaya pembasahan kembali lahan gambut melalui pembuatan sekat kanal di perkebunan kelapa sawit pada lokasi penelitian di Kalimantan Barat dapat mengurangi sepertiga dari emisi karbon dioksida,” ungkap Manajer Senior Karbon Hutan dan Iklim YKAN, Nisa Novita.
Pada skala nasional, pembasahan gambut berpotensi menyumbang 34 persen terhadap target pengurangan emisi nasional dari sektor forest and other land uses (FOLU).
Diharapkan, hasil-hasil riset ini mampu mendukung lahirnya kebijakan, pelaksanaan praktik terbaik, perencanaan berbasis bukti, dan pengembangan berbagai instrumen pelaksanaan pembangunan. Kajian ilmiah ini terintegrasi dengan proses penyadartahuan publik dan penguatan kapasitas masyarakat.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia