Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan memperkuat sistem peringatan dini banjir lahar hujan dan tanah longsor di sekitar kawasan rawan bencana Gunungapi Marapi. Sistem tersebut untuk mengantisipasi bencana susulan.
Kepala BNPB Suharyanto mengatakan, pihaknya akan mendorong penguatan sistem peringatan dini bagi masyarakat, khususnya yang berada tidak jauh dari kaki Gunung Api Marapi di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam. BNPB menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk membangun sistem tersebut.
“Segera buat sistem peringatan dini menggunakan kabel untuk mengukur tinggi muka air karena kan itu tidak mahal. Jadi, bisa menggunakan hibah dan rehabilitasi atau dana siap pakai. Nanti kami akan terus mendampingi pemerintah daerah,” kata Suharyanto lewat keterangan tertulisnya, Jumat (17/5).
Pembuatan sistem peringatan dini tersebut sesuai dengan rekomendasi yang BMKG sampaikan. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan peringatan dini ini penting untuk dibuat. Sebab, peringatan dini yang selama ini ada dan BMKG keluarkan hanya terkait dengan peringatan dini hujan.
BACA JUGA: Waspada Banjir Lahar Dingin Usai Erupsi Semeru
“Peringatan dini hujan tidak terkait dengan peringatan dini banjir lahar. Jadi, harus ada alat untuk mengukur tinggi muka air di sungai aliran lahar. Seperti bentang kabel jadi kalau sudah terputus sirine akan berbunyi dan itu dipasang di hulu atas,” jelas Dwikorita.
Dwikorita menyampaikan, meskipun wilayah Sumatra Barat memasuki musim kemarau, tetapi masih turun hujan. Sehingga, diperlukan penanganan jangka panjang secara permanen berupa kesiapsiagaan dan mitigasi guna mengantisipasi bencana serupa terulang lagi.
“Karena memang di sekitar kaki Gunung Api Marapi banyak pertemuan sungai, bahkan hingga tiga sungai. Maka dari itu, perlu ditangani dengan kesiapsiagaan dan mitigasi jangka panjang ini menjadi ancaman berikutnya dikhawatirkan lebih besar. Kami tidak menakuti, tapi ini harus ditangani bersama, apabila tidak ada hujan InsyaAllah aman,” kata Dwikorita.
Langkah Mitigasi dan Kesiapsiagaan Banjir Lahar
BMKG memprakirakan adanya potensi banjir lahar dengan volume lebih besar. Guna mengantisipasi bencana susulan, BNPB bersama dengan BMKG masih akan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
“Semoga TMC yang sudah kami lakukan dapat mengurangi curah hujan dan memperlambat turunnya hujan,” ungkap Dwikorita.
Dwikorita meminta sabo dam atau bangunan penahan segera pemerintah pusat bangun. Perlambatan dan penanggulangan aliran lahar di sepanjang sungai yang berpotensi lahar aliri penting pemerintah lakukan. Nantinya, sistem peringatan dini banjir lahar hujan akan melengkapi sabo dam.
BACA JUGA: BNPB Akan Pasang 17 Sistem Peringatan Dini Lahar Dingin di Sinabung
Di samping itu, Suharyanto meminta supaya pemerintah pusat dan daerah mengawal dan merealisasikan pembangunan sabo dam sebagai bagian dari infrastruktur mitigasi, memasang rambu zona bahaya, serta memasang alat pemantau curah hujan dan ketinggian muka air sungai.
“Mohon kawal pembangunan sabo dam itu, tahun ini sampai tahun depan bisa 25 sabo dam bersama Kementerian PUPR, ini bagian dari infrastruktur mitigasi di aliran lahar dingin,” ujar Suharyanto.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia