Cikeas (Greeners) – Selain menjadi tempat menimba ilmu, sekolah serta lingkungan sekitarnya juga dapat berperan sebagai ruang terbuka hijau. Lingkungan sekolah dengan pepohonan dan taman yang asri akan menghadirkan sebuah lingkungan yang sehat, dan terjaganya keanekaragaman hayati sekitar sekolah yang berguna sebagai sarana pembelajaran siswa.
“Mengetahui potensi keanekaragaman hayati di lingkungan sekolah sangatlah penting. Hal ini dikarenakan keberadaan keanekaragaman hayati atau biodiversitas di lingkungan sekolah dapat menjadi indikasi baik atau buruknya kualitas lingkungan sekolah,” tandas Fardila Astari, Direktur Komunikasi dan Penggalangan Sumber Daya Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, Kamis (14/09).
Fardila menambahkan, keberadaan keanekaragaman hayati sebagai bioindikator juga dapat membangkitkan kesadaran bagi warga sekolah untuk turut bertanggung jawab menjaga dan melestarikannya. Selain itu, keberadaan flora dan satwa liar di lingkungan sekolah dapat dijadikan sebagai laboratorium alam oleh guru serta siswa dan siswinya sebagai sarana pendidikan khususnya di bidang biologi.
Oleh karena itu, KEHATI melalui gerakan Biodiversity Warriors menyelenggarakan kegiatan Biodiversity Warriors Go To School (BWGTS) di Sekolah Alam Cikeas (SAC) pada tanggal 25 Agustus-12 September 2017. Kegiatan BWGTS secara umum berupa identifikasi tumbuhan di pekarangan di SAC dan pengamatan satwa liar yang meliputi capung, burung, kupu-kupu, herpetofauna (reptil dan amfibi), serta mamalia.
“Melalui kegiatan tersebut, diharapkan seluruh warga sekolah dapat mengenal, peduli dan melestarikan keanekaragaman hayati yang berada di lingkungan sekolah dan dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran khususnya di bidang biologi,” ujar Kepala SAC, Pungky Aryogo, S.Hut.
Keberadaan keanekaragaman hayati di lingkungan sekolah dapat mengubah pola pikir para guru bahwa kegiatan belajar mengajar Ilmu Biologi tidak hanya dapat dilakukan di dalam ruang kelas. Bahkan, praktikum pun tidak hanya dapat dilakukan di ruang laboratorium, melainkan pekarangan sekolah juga dapat dijadikan sebagai alam terbuka, khususnya di RTH sekolah. Selain itu, hal tersebut juga dapat menjadi pengingat bagi warga sekolah untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati di lingkungan sekolah.
Ruang terbuka hijau (RTH) saat ini sangatlah terbatas. Pasalnya, banyak kawasan yang semestinya menjadi RTH telah beralih fungsi, seperti dibangun jalan, permukiman, pertokoan, industri, tempat rekreasi, dan gedung-gedung pencakar langit.
Sekolah dan lingkungan sekitarnya sebagai RTH sangat penting untuk menunjang kehidupan flora dan satwa liar serta manusia. Suasana yang terlihat lebih asri, teduh dan nyaman dikarenakan banyak rerimbunan pohon yang hijau menjadi tempat yang nyaman bagi manusia maupun satwa liar yang berada di sekitarnya.
Sebagai kegiatan awal BWGTS, pada Bulan April 2017 di SAC juga telah diadakan workshop bertema “Keanekaragaman Hayati di Lingkungan Sekolah dan Perkotaan”. Dalam workshop tersebut, para peserta yang terdiri atas siswa dan siswi kelas 4 hingga kelas 6, dikenalkan tentang keanekaragaman hayati di lingkungan sekolah dan perkotaan beserta fungsinya, serta metode pengamatan keanekaragaman hayati, yang disampaikan oleh Ahmad Baihaqi, Education & Outreach Officer KEHATI.
Pungky berharap workshop ini dapat memberikan pemahaman pada guru dan siswa tentang keanekaragaman hayati di lingkungan sekolah dan perkotaan. Melalui kegiatan ini siswa juga diharapkan memiliki bekal awal pengetahuan tentang metode pengamatan keanekaragaman hayati.
“Hasil pengamatan keanekaragaman hayati tersebut akan dijadikan poster keanekaragaman hayati di lingkungan SAC yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, khususnya dibidang Biologi,” tandas Pungky.
Penulis: (*)