Jakarta (Greeners) – Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) melalui gerakan anak mudanya Biodiversity Warriors bekerjasama dengan Komunitas Peta Hijau Jakarta, Fakultas Biologi Universitas Nasional, dan beberapa organisasi lain ingin melihat kembali potensi yang dimiliki oleh ruang terbuka hijau di Jakarta melalui kegiatan Cap (na) ture.
Kegiatan ini adalah upaya memperbaharui peta hijau di Jakarta yang telah dibuat sebelumnya beberapa tahun yang lalu. Melalui peta tersebut akan digali potensi keanekaragaman hayatinya. Meskipun menjadi salah satu kota yang memiliki polusi dan populasi cukup tinggi, ibukota negara ini seharusnya masih menyimpan beragam spesies unik dan menarik di ruang-ruang terbuka hijaunya.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan muncul apresiasi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau, sehingga ada kesadaran untuk menjaga bahkan menambah luasannya,” kata Direktur Komunikasi dan Penggalangan Sumber Daya, Yayasan KEHATI, Sinaryatie Saloh, Sabtu (28/3)
Sebagai kegiatan awal Cap (na) ture, pada Sabtu 28 Maret 2015 di Universitas Nasional diadakan workshop “Geledah Jakarta, Menguak Potensi Keanekaragaman Hayati Ibu Kota”. Dalam workshop tersebut para peserta dikenalkan dengan keanerakagaman hayati di wilayah perkotaan berserta fungsinya, dilatih menulis dan fotografi sebagai modal untuk ikut berpartisipasi dalam membuat peta hijau Jakarta, dan dikenalkan dengan komunitas-komunitas yang memiliki kegiatan erat dengan pelestarian keanekaragam hayati di Jakarta.
“Kami berharap pelatihan ini dapat memberikan pemahaman pada generasi muda tentang keanekaragaman hayati di perkotaan dan mampu membekali mereka dengan kemampuan dasar menulis dan fotografi untuk menyebarluaskan informasi tentang pentingnya ruang terbuka hijau dan keanekaragaman hayati di dalamnya,” ujar Ahmad Baihaqi, salah satu Biodiversity Warriors pengagas Cap (na) ture.
Sebagai informasi, aktivitas utama dari Biodiversity Warriors adalah untuk menyebarluaskan informasi tentang keunikan, manfaat, atau fungsi dari keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.
Sementara itu, Ady Kristanto dari Komunitas Peta Hijau Jakarta mengatakan bahwa mengumpulkan data potensi keanekaragaman hayati yang melibatkan masyarakat umum (citizen scientist) sudah dilakukan di beberapa negara di Eropa dan Amerika. Salah satu bentuk pendataan tersebut adalah sistem peta hijau.
“Sistem peta hijau adalah sebuah bentuk pemetaan potensi suatu wilayah yang melibatkan masyarakat ke dalam suatu peta dengan simbol-simbol yang menampilkan keterkaitan antara masyarakat dan lingkungannya,” jelas Ady.
Tujuan peta ini adalah untuk menciptakan cara pandang baru bagi warga kota untuk menikmati kotanya, menjadi panduan wistawan untuk menikmati potensi alam sebuah kota, membantu warga untuk menjelajahi dan mengenali suatu kota, dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk dapat ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan. (G03/SR)