Jakarta (Greeners) – Dedikasi Rahmat Suprihat guru asal Bandung ini patut diacungi jempol. Tak hanya mengajar di kelas, Rahmat juga mengajak pelajar di Kota Bandung untuk gowes sepeda ke sekolah atau bike to school. Cara ini ia lakukan untuk mengenalkan konsep hemat energi, cinta lingkungan sambil menekan polusi udara.
Kegiatan bike to school yang sudah berjalan sejak tahun 2010 ini berdampingan dengan program adiwiyata di 39 sekolah di Kota Bandung. Sekolah adiwiyata merupakan sekolah yang mendapat anugerah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) karena kepedulian lingkungan, pengelolaan sampah, hemat energi dan perlindungan keanekaragaman hayati.
“Bagaimana kita hemat energi dengan berjalan kaki dan bersepeda ke sekolah. Awalnya dari sana dan kegiatan ini konsisten di 39 sekolah menjadi gerakan pembudayaan bersepeda,” katanya dalam program Sabtu Pagi Bahas Aksi (Sabi) Greeners, baru-baru ini.
Rahmat bersyukur dari inisiasi bike to school ini ia bertemu dengan orang-orang yang punya visi yang sama dengannya, mengampanyekan budaya bersepeda ke sekolah.
“Bahan bakar minyak (BBM) itu akan habis. Anak-anak dari kegiatan ini dapat pemahaman cara mencintai lingkungan dengan berjalan kaki dan naik sepeda untuk ke sekolah. Sebuah pilihan alternatif yang bisa menghemat energi,” ungkapnya.
Atas dedikasinya ini, belum lama ini Rahmat mendapat anugerah dari Bike to Work Indonesia atas dedikasinya menularkan gerakan dan semangat bersepeda di kalangan pelajar.
Dinas Perhubungan Kota Bandung Dukung Bike to School
Bike to school ini menjamur berkat dukungan Dinas Perhubungan Kota Bandung. Menurut Rahmat, Dinas Perhubungan Kota Bandung membantunya road show ke berbagai sekolah mengampanyekan kegiatan ini.
Bahkan setelah banyaknya tim yang bergerak, sosialisasi dan ajakan gowes pelajar ini semakin intens mengunjungi berbagai sekolah setiap minggu.
Namun sayangnya dua tahun terakhir, program ini vakum karena pandemi Covid-19. Sebagian besar pelajar pun dominan melakukan pembelajaran dari rumah.
Sebelum pandemi melanda, Rahmat dan timnya bertandang ke berbagai sekolah dari mulai SD hingga SMA atau SMK. Menurutnya, gerakan bersepeda perlu menjadi budaya dan harus tertular ke generasi yang akan datang.
Tak hanya gowes ke sekolah, Rahmat juga membuat program yang ia gelar setiap Sabtu yaitu Nyepeda Sabtu Babarengan. “Kegiatan ini mengajak pelajar bersepeda bersama setiap Sabtu sambil mengunjungi Situs Banceuy, Museum Geologi dan Museum Asia. Anak bersepeda sambil belajar,” ucapnya.
Gerakan bersepeda ini Gerakan moral
Kegiatan ini pun tambahnya tidak selalu berjalan mulus. Hambatan yang ada Rahmat pandang sebagai tantangan. Kesabaran dan konsistensi menjadi pondasi baginya untuk terus beraksi bagi bumi lewat bike to school.
“Kendala itu merupakan tantangan. Pasti ada saja terutama saat ajak anak bersepeda. Ada anak yang belum lancar bersepeda, bagaimana mengajak anak bersepeda aman di jalan raya. Apalagi masih ada pengendara motor yang belum memberi toleransi dengan berbagai alasan,” paparnya.
Di Kota Bandung, jalur khusus sepeda memang sudah ada. Namun di lokasi lain, infrastruktur sepeda masih minim. Hal ini yang kadang membuat orang tua ragu melepas anaknya bike to school. Padahal saat bike to school ada satu guru yang mendampingi 10 siswa.
Kala itu, Rahmat dan rekan lainnya juga giat mencari donatur untuk mendukung pelajar yang ingin bergabung dalam bike to school namun tidak memiliki sepeda dan perlengkapan pelindungnya. Tahun 2010, Pertamina menghibahkan 273 sepeda ke Pemerintah Kota Bandung.
“Lalu Dinas Perhubungan menghibahkannya ke 38 sekolah. Tujuh siswa dari setiap sekolah itu mendapat hibah sepeda. CSR Pertamina ini ingin membumikan gerakan bersepeda ke pelajar,” imbuhnya.
Meski bike to school vakum selama pandemi, Rahmat bersyukur aksi bersepeda marak menjadi pilihan berolahraga di masa pandemi.
“Pesepeda ini pahlawan karena ikut menghemat energi. Jadi bagian solusi tanpa polusi. Di luar negeri orang sudah memilih transportasi hijau untuk mencintai lingkungan. Bapak berharap bisa sharing program ini ke sekolah-sekolah di Jakarta,” tandasnya.
Penulis : Ari Rikin