Probolinggo (Greeners) – Para musisi yang terlibat dalam pagelaran Jazz Gunung 2014 tampil apik pada hari pertama pagelaran, Jumat (20/06). Sejak sore hari, penikmat musik jazz yang datang dari berbagai penjuru dibawa menikmati setiap rangkaian acara dengan cara yang unik. Dengan tempo yang menanjak konstan, setiap penampil membawa seberkas kehangatan ditengah udara dingin yang menyergap Panggung Terbuka Java Banana Bromo.
Diawali dan diakhiri oleh anak-anak muda, pagelaran Jazz Gunung ke enam kali ini mencoba menampilkan pertunjukan untuk segala usia. Penampilan Monita Tahalea (26), dalam formasi Monita Tahalea & The Nightingales, menjadi pembuka pagelaran jazz kali ini.
Dengan keunikan vokal dan penampilannya yang sederhana, gaun terusan abu-abu berornamen bunga dan rambut dikucir kuda, Monita menyambut pengunjung yang baru datang dalam kehangatan yang istimewa. Lagu ‘Kisah yang Indah’ membawa penggemar muda Monita untuk turut bernyanyi sekaligus menikmati suasana sejuk Desa Wonotoro di lereng Gunung Bromo, kabupaten Probolinggo. “Seperti matahari semasa menyinari bumi, kelam pun berlalu terangi bahagia.”
Diselingi kata-kata pembuka dari salah satu penggagas Jazz Gunung, Sigit Pramono, pertunjukan dilanjutkan dengan penampilan Bintang Indrianto Trio yang sudah mengudara di langit jazz Indonesia sejak tahun 1980-an. Untuk menghangatkan suasana, penikmat musik jazz yang hadir malam itu sempat diajak bergoyang dalam alunan musik dalam sentuhan dangdut.
Memasuki pertengahan acara, Ring of Fire Project yang digawangi Djaduk Ferianto, semakin memanaskan panggung. Menampilkan pertunjukan musik jazz etnik yang enerjik, Djaduk menggaet saksofonis asal Jerman, Nicole Johanntgen, untuk tampil bersama.
Ligro Trio melanjutkan pertunjukan usai Ring of Fire Project turun panggung. Mereka mengajak pengunjung menikmati sajian jazz rock nada tinggi melalui lengking gitar listrik unik khas Agam Hamzah.
Trio The Overtunes yang digawangi oleh Mikha Angelo menjadi penampil penutup malam itu. Dalam formasi full band bersama saudara-saudara kandungnya, Reuben (17) dan Mada (20), remaja jebolan salah satu ajang pencarian bakat ini mencoba merangkul segala usia. Mereka membawakan nomor-nomor lawas semacam ‘How Deep Is Your Love’ yang dipopulerkan Bee Gees.
Mewakili The Overtunes, Mikha menekankan pentingnya belajar berekspresi melalui media musik. “Dalam penampilan pertama di panggung yang megah ini, kami 80 persen belajar dan 20 persen tampil,” katanya. Ia juga merasa sangat didukung oleh musisi jazz senior sekelas Djaduk Ferianto.
Terkait venue Jazz Gunung yang inkonvensional juga slogan ‘Sedekah Bumi Lewat Berbunyi’ yang menjadi tema Jazz Gunung 2014, trio yang ditangani oleh Fender Music ini mengajak kaum muda untuk lebih mengenal alam Indonesia. “Semua orang Indonesia harusnya lebih mengenal keindahan alamnya daripada alam negara lain,” ujar Mikha.
Pagelaran Jazz Gunung 2014 berlangsung selama dua hari, yaitu tanggal 20 hingga 21 Juni 2014. Pemuncak dalam pertunjukan hari kedua antara lain adalah Ring of Fire Project dan Syaharani and The Queenfireworks.
(G26)