Jakarta (Greeners) – Cat warna cerah dengan kandungan timbal tinggi masih mewarnai ruang publik. Khususnya di berbagai fasilitas anak-anak dan ruang terbuka publik lainnya. Yang mengerikan warna cerah itu berasal dari cat bertimbal yang akan membawa dampak serius pada kesehatan.
Nexus3-IPEN mendorong pelibatan aktif dari para praktisi sebagai sektor terdepan dalam memastikan penggunaan cat yang bebas dan aman dari racun timbal.
Indonesia merupakan salah satu pasar cat dan pelapis terbesar di Asia. Kondisi ini pun akan terus meningkat. Kebutuhan cat di Indonesia saat ini bisa mencapai 22 triliun per tahun dan ada lebih dari 130 pabrikan cat yang beroperasi di Indonesia baik perusahaan lokal maupun penanaman modal asing.
Nexus3-IPEN pada Oktober 2021 merilis laporan 73 % cat dekoratif yang dijual di Indonesia memiliki kandungan timbal di atas batas aman 90 ppm. Selebihnya hanya 27 % yang memiliki konsentrasi di bawah 90 ppm.
Sampel cat yang mereka teliti adalah warna-warna cerah yang digunakan terutama di fasilitas anak-anak, taman bermain, sekolah hingga mainan.
Tahun 2013 National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat memperkirakan biaya ekonomi dari paparan timbal pada masa kanak-kanak di Indonesia sekitar USD 37,9 miliar per tahun.
Selanjutnya, perkiraan kerugian kumulatif 16 juta poin IQ terkait keberadaan cat timbal di Indonesia. Saat ini, populasi berisiko adalah sekitar 33 juta anak atau sekitar 12,2 % dari total populasi.
Akan tetapi, sektor infrastruktur, arsitektur dan interior yang merupakan sektor paling dekat dengan penggunaan cat sayangnya belum banyak mengetahui informasi terkait bahaya yang mengintai pada timbal.
Melihat hal ini, Nexus3 Foundation dan Popo Danes Architect mengajak sejumlah arsitek muda Bali mendukung pentingnya pengetahuan bahayanya timbal dari cat. Nexus3-IPEN pun menggelar diskusi bersama membahas masalah tersebut baru-baru ini.
Dorong Produsen Tidak Memproduksi Cat Bertimbal
Toxic Program Office Nexus3 Foundation, Sonia Buftheim menyatakan, pentingnya kegiatan ini mengingat para praktisi profesional, khususnya kaum muda merupakan sektor terdepan dalam memastikan cat yang mereka gunakan aman dan bebas dari racun timbal.
“Adanya permintaan cat bebas timbal akan turut mendorong produsen segera memproduksi cat bebas timbal. Pemerintah segara membuat aturan ketat terkait pelarangan penggunaan timbal dalam cat,” katanya dalam keterangan resminya.
Arsitek terkemuka di Bali, Popo Danes sependapat. Menurutnya, pembahasan terkait dengan timbal sebagai salah satu dari sekian banyak isu lingkungan yang harus semua pelaku beri perhatian lebih.
“Mulai dari aktivitas industri, termasuk yang melibatkan arsitek, designer, kontraktor, developer, termasuk juga marketing semuanya harus menaruh concern dan pemahaman yang sama. Hal ini untuk menyadarkan semua pihak,” paparnya.
Adapun biaya ekonomi tahunan kerugian akibat cat bertimbal sebesar US$ 37,9 miliar tidak ada artinya jika dibandingkan dengan total pasar cat dekoratif dan pelapis di Indonesia yang perkiraannya mencapai US$ 1,86 miliar.
Dengan kata lain, kerusakan dari cat bertimbal melebihi total pendapatan industri lebih dari 20 kali lipat. Produsen cat yang ramah lingkungan berkontribusi mendukung Indonesia mencapai target tujuan pembangunan berkelanjutan. Terutama target 3.9 tentang kesehatan bagi semua dan target 12.4 tentang sustainable consumption and production.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin