Jakarta (Greeners) – Eksplorasi kuliner Jakarta kini bukan sekadar untuk mengenyangkan perut, melainkan menjadi bagian dari gaya hidup anak muda. Kali ini, dalam memperingati Plastic Free July, Greenpeace Indonesia menantang anak muda di Jabodetabek untuk berkuliner tanpa plastik dan rendah emisi dengan transportasi umum di Jakarta.
Challenge “Jajan Bebas Plastik” merupakan bagian dari kegiatan utama Peta Kuliner Jakarta (PKJ) 2024, yang sejalan dengan kampanye plastik Greenpeace Indonesia. Kegiatan ini juga akan menjadi bagian dari acara tahunan ‘Pawai Bebas Plastik’.
Plastics Project Leader Greenpeace Indonesia, Ibar Akbar mengatakan bahwa berkuliner tidak pernah terlepas dari penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Kendati demikian, Greenpeace ingin mengajak konsumen untuk mengurangi kemasan plastik sekali dengan mempraktikkan konsep guna ulang.
“Jadi, kalau bicara soal kuliner pasti membutuhkan kemasan. Apabila dine in atau makan di tempat, juga butuh wadah seperti mangkok piring. Tetapi, yang menjadi permasalahan kalau kita sedang di perjalanan pasti butuh untuk membungkus makanan itu. Nah, yang jadi masalah adalah bungkus yang kita pakai merupakan kemasan sekali pakai seperti plastik dan sebagainya,” ujar Ibar kepada Greeners di Jakarta, Sabtu (20/7).
BACA JUGA: Praktik Guna Ulang Solusi Kurangi Sampah Plastik dan Krisis Iklim
Menyasar generasi muda, Greenpeace juga ingin menghidupkan kembali praktik guna ulang yang kini sudah mulai memudar. Padahal, praktik guna ulang ini sudah masyarakat terapkan sejak lama, seperti kebiasaan membawa rantang dan sebagainya.
“Namun, anak muda masih minim untuk menyadari praktik ini. Kalau misalnya sekarang bawa rantang kemana-mana itu cukup ribet, ya. Maka dari itu, melalui kegiatan ini, Greenpeace juga sekaligus mengenalkan alat-alat guna ulang yang praktis untuk bisa mereka pakai saat berkuliner,” ungkap Ibar.
Sebanyak 20 peserta ikut terlibat pada acara jajan bebas plastik ini. Secara total, peserta dibagi menjadi empat kelompok dengan rute perjalanan berbeda.
Perkuat Kebijakan dan Fasilitas
Kegiatan jajan tanpa plastik menjadi momentum untuk membuktikan kepada semua pihak bahwa praktik guna ulang bisa masyarakat terapkan secara mudah. Praktik ini juga dapat menekan laju sampah plastik sekali pakai.
Namun, lanjut Ibar, praktik guna ulang ini penting mendapatkan dukungan dari pemerintah dan produsen. Kedua pihak tersebut harus menciptkan sesuai perannya masing-masing seperti penguatan kebijakan dan penyediaan fasilitas.
Kebijakan dan fasilitas menjadi landasan yang penting untuk mendorong penerapan guna ulang di kalangan masyarakat. Apabila keduanya telah terbangun, tentu masyarakat akan mudah dan memiliki pilihan untuk melakukan praktik guna ulang. Sehingga, mereka akan terbiasa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Jadi, konsumen atau masyarakat ini bisa kok untuk menerapkan guna ulang. Tinggal menunggu pemerintah dan produsen saja, apakah mereka mau mendukung gerakan ini? Misalnya dari sisi pemerintah bisa merancang peraturannya. Lalu, produsen bisa ikut membentuk infrastrukturnya,” tambah Ibar.
BACA JUGA: Saatnya Terapkan Green Ramadan dengan Praktik Guna Ulang!
Ibar menjelaskan beberapa contoh fasilitas yang dapat mengubah kebiasaan masyarakat untuk mendukung hidup lebih ramah lingkungan. Ia mencontohkan, saat ini terdapat banyak pilihan transportasi umum sehingga memudahkan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hasilnya, masyarakat dapat dengan mudah menggunakan transportasi umum, yang juga dapat mendorong pengurangan emisi secara signifikan.
Contoh lainnya, supermarket telah melarang penggunaan plastik sekali pakai juga telah mendorong kebiasaan masyarakat untuk menggunakan tas belanja guna ulang. Ketika aturan ini diterapkan, otomatis masyarakat akan memilih membawa tas belanja agar lebih berhemat.
“Dengan adanya peraturan dan fasilitas yang memadai, masyarakat perlahan-lahan akan mengubah kebiasaannya untuk bisa mengurangi sampah plastik sekali pakai,” kata Ibar.
Mudahnya Eksplorasi Kuliner Jakarta Tanpa Plastik
Salah satu peserta kegiatan Jajan Bebas Plastik, Jessica Martha (20) yang akrab disapa Chika mengungkapkan pengalamannya saat mengikuti tantangan berkuliner tanpa plastik. Bagi Chika, eksplorasi kuliner tanpa plastik ini mudah untuk ia lakukan.
“Ternyata pakai wadah guna ulang enggak ribet sama sekali. Enggak khawatir akan bocor juga, karena kalau pakai plastik sekali pakai suka khawatir bocor,” ungkap Chika.
Perempuan asal Tangerang Selatan itu juga kini telah mengurangi sampah plastik sekali pakai dalam kesehariannya hingga 80%. Usai mengikuti tantangan jajanan bebas plastik, ia semakin diingatkan untuk menerapkan kebiasaan jajanan tanpa plastik secara lebih konsisten.
“Isu plastik sekali pakai ini perlu menjadi perhatian semua pihak. Aku menjadi semakin sadar kalau penggunaan plastik itu menjadi tanggung jawab pribadi kita masing-masing, bukan sepenuhnya kesalahan pedagang yang hanya menyediakan wadah sekali pakai,” tambah Chika.
Chika menambahkan, apabila konsumen membawa wadah sendiri, pedagang pun akan sangat menghargainya. Konsumen sekaligus dapat menginformasikan pedagang atau orang sekitar dengan cara tidak mengintimidasi untuk terlibat mendukung gerakan bebas plastik.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia