Jakarta (Greeners) – Dalam rangka memperingati Hari Masyarakat Adat Sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Agustus 2014 lalu, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menggelar Pekan Masyarakat Adat Nusantara (PMAN) di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 29-31 Agustus 2014.
Acara yang baru dimulai pada pukul 10.30 WIB tersebut dibuka oleh pelopor kebebasan dasar dan hak-hak masyarakat adat dunia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari Filipina, Victoria Tauli Corpuz.
Dalam sambutannya, Victoria sangat mengapresiasi acara PMAN ini karena telah memberikan kontribusi yang besar bagi masayarakat adat, bukan hanya di Indonesia namun juga di dunia. Terlebih lagi, banyak kasus pelanggaran hak-hak masyarakat adat yang dilakukan oleh pengusaha maupun pemerintah.
“Saya sangat mengandalkan AMAN untuk hal-hal seperti ini karena AMAN adalah contoh organisasi adat yang bagus untuk dunia. AMAN tidak dipisahkan oleh agama maupun budaya. Mereka menjadi satu dan saya harap terus dipertahankan,” ujar Victoria dalam sambutannya, Jakarta, Jumat (29/08).
Dia juga menekankan bahwa tugasnya sebagai perwakilan di PBB adalah menjaga dan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat dunia baik dalam kasus agraria maupun perampasan lahan atau pemusnahan suku adat.
“Saya akan memeriksa pemerintah bagaimana mereka mengimplementasikan hukum dan hak asasi masyarakat adat di negara-negara di dunia karena saya punya mandat yang harus dijalankan untuk memeriksa pelanggaran HAM dan melaporkannya pada dewan HAM dan PBB,” katanya.
Acara ini dibuka dengan iringan tari Ma’randing (Tari Perang) dari Suku Toraja, Sulawesi Selatan, dan dihadiri oleh Wakil Bupati Toraja Utara, Frederik Buntang Rombelayuk dan Wakil Bupati Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, Beni Hernedi.
Acara dimeriahkan juga dengan berbagai macam kegiatan, seperti pameran karya cipta masyarakat adat nusantara dan karya seni kontemporer dari Taring Padi, Yayat Atmaka, Alit Ambara, dan banyak lainnya.
Selain itu, ada pula pameran foto masyarakat adat, pemutaran dan diskusi film dokumenter, pagelaran budaya dan musik gondang oleh seniman muda Batak, musik dan puisi oleh Ade Tanesia, serta penampilan dari suku Dayak.
(G09)