Jakarta (Greeners) – Upaya aksi bersih sampah di mangrove dan pantai terus dilakukan dalam rangkaian agenda KTT G20 di Bali pada 30-31 Oktober 2022. Aksi tersebut pun kembali Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama Tim Koordinasi Penanganan Sampah Laut (TKN-PSL) lakukan di Estuari DAM Suwung, Denpasar.
Aksi bersih sampah yang melibatkan banyak sukarelawan ini menghasilkan 1 ton lebih sampah yang menyangkut di sisi-sisi sungai. Selain itu, mereka juga melakukan penanaman ratusan bibit mangrove untuk memastikan keberlanjutan kelestarian alam.
Selain melakukan aksi bersih dan tanam mangrove, para sukarelawan ini juga meninjau pengolahan sampah menjadi energi listrik di daerah Kedonganan, Badung.
Koordinator Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Kemenko Marves Muhammad Suhendar menyatakan, sebagai wilayah wisata, Bali sangat rentan terhadap sampah. Ia mengingatkan agar semua lapisan masyarakat memiliki kesadaran untuk menekan sampah yang ada di Bali. “Jadi kita harus betul-betul lebih ekstra untuk menanggulanginya,” katanya dalam keterangan resminya baru-baru ini.
Lebih jauh Muhammad Suhendar menyebut, Indonesia akan menargetkan untuk bebas sampah plastik yaitu pada tahun 2025. Kerja sama dari berbagai lapisan dan stakeholder harus terwujud. “Sampah plastik di laut bisa dikurangi hingga 75 %. Tapi tentu tidak bisa hanya pemerintah saja, kita harus bersama-sama,” ucapnya.
Aksi Bersih Sampah untuk Cegah Sampah Tak Terbuang ke Lingkungan
Ia mengatakan, penghitungan ukuran dan jumlah sampah plastik perlu untuk mencegahnya terbuang ke lingkungan. Hal itu terukur dari nilai hasil kajian dari Tempat Pengolahan Sampah (TPS) berbasis reduce, reuse, recycle (3R) atau TPS3R.
“Cara menghitung sampah satu orang yakni rata-rata per hari satu orang akan memproduksi sampah sekitar 0,75 kilogram. Hitungannya seperti itu sekitar 1 kilogram kurang per orang,” kata dia.
Ia memberi contoh, satu orang membeli makanan dan terdapat bungkus atau plastiknya kemudian dijumlah dengan penduduk Bali berapa setiap provinsinya. Misalnya penduduk Indonesia 250 juta jiwa dan menghasilkan 250 juta kilogram per hari.
“Anggap saja 50% sudah ketahuan datanya untuk estimasi produksi sampah yang dihasilkan masyarakat sebesar itu. Kalau dalam beberapa kajian itu sekitar 24 juta ton dalam setahun total timbulan sampahnya,” tuturnya.
Sinergi Pemerintah Daerah di Luar Bali
Langkah untuk memastikan laut Bali bebas sampah juga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur lakukan. Pihaknya telah memasang hampir 300 jaring di aliran sungai yang mengalir ke Selat Bali. Sampah plastik di Selat Bali menjadi masalah musiman karena sampah yang terbawa dari luar Bali.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi Dwi Handayani menyatakan, berhembusnya angin barat dan angin timur menyebabkan sampah terbawa ke Bali. Jika angin berhembus ke timur maka sampahnya ke Bali. Sebaliknya, jika angin ke barat maka ke arah Banyuwangi.
“Jadi ini tanggung jawab bersama karena ketika musim angin tiba baik angin barat maupun angin timur banyak pantai di kedua wilayah akan dipenuhi sampah,” ucap Dwi.
Selama ini, sambung dia pihak Kabupaten Banyuwangi masih belum melakukan kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali guna memastikan penanganan sampah di laut. Akan tetapi, ia tak menutup kemungkinan kerja sama ke depan akan terlaksana.
Sementara itu, ia juga memastikan untuk penanganan sampah dari sumber sendiri di wilayah Banyuwangi yakni dengan membangun 18 TPS. Pemerintah daerah Banyuwangi juga mengedukasi masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik. Ia mengungkap, sampah organik masih mendominasi sampah di wilayah Banyuwangi. Sebab lanjutnya, belum banyaknya hotel-hotel di wilayah Banyuwangi.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin