Jakarta (Greeners) – PT Ajinomoto Indonesia terus berinovasi dengan memanfaatkan sisa proses pembuatan Monosodium Glutamat (MSG) untuk menghasilkan produk samping. Kali ini, produk sampingnya yakni produk alternatif tambahan nutrisi pakan ternak, yaitu fermented mother liquor (FML). Produk ini merupakan bahan baku yang mengandung protein dan senyawa asam amino bebas tinggi untuk dicampurkan ke dalam pakan ternak.
Factory Manager yang juga Direktur PT Ajinomoto Indonesia Yudho Koesbandryo mengatakan, aktivitas pengolahan produk samping (by product) sejalan dengan Ajinomoto Share Value (ASV) perusahaan. PT Ajinomoto Indonesia mulai melakukan pengolahan yang mengacu pada eco activity dan bio cycle.
“Seperti yang kita ketahui, bahan baku utama produksi MSG adalah gula yang difermentasi, yaitu tetes tebu, tepung tapioka dan lain sebagainya. Dari proses produksi tersebut akan menghasilkan produk samping yang kemudian dapat kita olah menjadi produk dan memiliki nilai jual seperti fermented mother liquor (FML),” kata Yudho dalam keterangannya baru-baru ini.
FML merupakan cairan yang berasal dari hasil pengolahan produk samping (by product) dari proses produksi Monosodium Glutamat (MSG). Mengandung crude protein lebih dari 20 %, FML bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan budi daya ternak sekaligus ikan. Selain mempunyai kandungan utama protein, FML juga mengandung 3-5 % asam amino dan mineral yang berkualitas tinggi.
Cairan FML ini berwarna coklat kehitaman serta memiliki aroma khas yang dapat merangsang organ pencernaan. Hal ini dapat meningkatkan fungsi tertentu dan bermanfaat bagi tubuh hewan ternak serta meningkatkan nafsu makan ternak sapi, unggas maupun ikan.
Pakan dari MSG Dorong Produktivitas Ternak
Pemberian FML pada ransum dapat meningkatkan laju pertumbuhan mikroba rumen. Hal ini akan meningkatkan proses cerna serat ransum dan pasokan asam amino yang ternak butuhkan. Biasanya bisa bermanfaat pada ternak usus panjang, seperti sapi dan domba.
Selain itu FML juga menjadi salah satu alternatif bahan pakan ternak yang berkualitas karena tidak ada penambahan material lain dan memiliki harga yang sangat terjangkau. Hal ini tentunya menjadi strategi yang baik dalam pemeliharaan dan meningkatkan produksi hewan ternak.
Pendistribusian FML menggunakan truk tangki secara langsung ke pabrik pakan ternak, produsen silase dan juga ke konsumen pengguna (peternak). Cakupan distribusi FML berada di Pulau Jawa, Lampung dan Sumatera. Saat ini populasi ternak terbesar berada di Jawa dan Lampung.
Yudho menambahkan, untuk proses pengaplikasian FML bisa ada beberapa cara. Di antaranya menggunakan komposisi 3-5 % ke dalam campuran pakan ternak. FML juga dapat langsung peternak campur ke air minum ternak.
Selain itu, FML juga dapat berguna sebagai bahan pembuatan silase (pakan berkadar air tinggi). Caranya dengan mencampurkan FML sebanyak 3 -5 % ke dalam hijauan atau sisa biomass pertanian (rumput, daun, jerami padi dan lainnya).
Ajinomoto Terus Hasilkan Inovasi Lingkungan
Dari upaya ini lanjut Yudho, PT Ajinomoto Indonesia akan terus berupaya menciptakan beragam inovasi lingkungan. Inovasi ini berbasis eco activity dan bio cycle yang telah Ajinomoto terapkan sebelumnya pada seluruh proses produksi.
Melalui co product FML ini, harapannya dapat membantu para peternak dalam budi daya dan perawatan ternak yang berkualitas dan tentunya aman bagi kesehatan ternak. “Kami berharap dengan terus berkomitmen untuk menciptakan inovasi melalui pemanfaatan hasil proses produksi yang ada, PT Ajinomoto Indonesia dapat memberikan dampak yang positif pada lingkungan sekaligus mendukung budi daya peternakan berkelanjutan di Indonesia,” papar Yudho.
Melalui Departemen Agri Dev, PT Ajinomoto Indonesia terus berkomitmen melakukan aktivitas pengolahan produk samping dari hasil produksi MSG, makanan serta sampah domestik lainnya menjadi produk yang memiliki nilai jual. Hal ini menjadi bentuk salah satu komitmen perusahaan dalam menjaga keragaman hayati, kualitas sumber daya air dan tanah, meningkatkan produktivitas tanaman maupun kesejahteraan para petani.
Penulis : Ihya Afayat