Jakarta (Greeners) – Indonesia memiliki 30.000 spesies tumbuhan dan sumber daya laut. Beberapa tumbuhan tersebut berpotensi sebagai obat herbal untuk hewan dan manusia.
Kepala Pusat Riset Veteriner Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Harimurti Nuradji mengatakan bahwa penyakit-penyakit infeksius maupun non infeksius cenderung meningkat, baik pada hewan maupun manusia. Oleh sebab itu, butuh pengendalian penyakit hewan melalui riset dan inovasi. Salah satunya untuk melakukan pencegahan, penanganan, diagnosis, dan pengobatan penyakit.
BACA JUGA: Mengenal Timun Cina, yang Buah dan Akarnya Bersifat Antibakteri
“Pusat Riset Veteriner melakukan riset dan inovasi pada semua komoditas hewan. Mulai dari hewan ternak, hewan kesayangan, hewan liar, hewan akuatik, vektor produk hewan, dan terkait dengan lingkungan. Salah satunya adalah riset dan inovasi dalam pengembangan obat hewan yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit,” jelas Harimurti lewat keterangan tertulisnya, Minggu (4/2).
Ada Banyak Jenis Obat Hewan
Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti mengatakan, kemajuan teknologi berpengaruh pada perkembangan bidang obat hewan. Faktanya, saat ini banyak penemuan jenis obat hewan yang baru, termasuk vaksin.
Selain itu, obat untuk hewan juga banyak macamnya, antara lain penggunaan terapi sera, anti-viral, anti parasit, anti jamur. Bahkan, adapula anti bakteri, dan bahan-bahan diagnostika untuk penyakit hewan.
“Untuk lebih meningkatkan kesehatan dan produksi peternakan dan perikanan, perlu obat hewan yang memadai. Hal itu baik dari segi jumlah maupun mutu dalam pembuatan, penyediaan, dan peredarannya,” ujarnya.
Kedua Tumbuhan Bisa Mencegah Toxoplasma
Sementara itu, Periset dari Pusat Riset Veteriner BRIN, Fitrine Ekawasti memaparkan hasil penelitiannya tentang Aktivitas Nanopowder Zingiber officinale var, Rubrum (Jahe Merah) dan Curcuma longa (kunyit). Kedua tumbuhan tersebut telah diteliti sebagai anti-toxoplasma.
BACA JUGA: Bunga Tasbih Tanaman Hias yang Cantik dan Bermanfaat
Menurutnya, toxoplasmosis merupakan penyakit zoonis yang berbahaya bagi hewan dan manusia karena menyebabkan gangguan pada reproduksi dan pertumbuhan. Toxoplasma gondii masuk ke dalam tubuh dan melakukan evasi untuk menghindari sistem imun, membentuk vakuola parasitoforus sehingga sulit dikenali oleh sistem imun.
“Beberapa penelitian anti-toxoplasma mengembangkan bahan obat alami yang tidak toksik dan mengandung antioksidan tinggi, termasuk jahe merah dan kunyit. Pada penelitian ini terdapat kombinasi antara jahe merah dan kunyit melalui pengembangan formulasi nano partikel, dengan bentuk nanopowder agar lebih optimal dan efektif,” paparnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia