Bali (Greeners) – Sebanyak 200 pemuda peserta Our Ocean Youth Leadership Summit (OOYSL) 2018 bersama komunitas Divers Clean Action dan Yayasan KEHATI menanam terumbu karang pada 50 struktur berbentuk jaring laba-laba di Pantai Samuh, Nusa Dua, Bali. Kegiatan ini merupakan upaya sekaligus aksi nyata pemuda untuk melindungi laut.
“Setelah pembahasan selama dua hari di OOYSL 2018 kemarin, sekaranglah waktunya aksi langsung. Di sini kita fokus kepada MPA (marine protected area) dan marine pollution,” ujar Founder Divers Clean Action Swietenia Puspa Lestari saat ditemui Greeners di Pantai Samuh, Nusa Dua, Bali, Rabu (31/10/2018).
Perempuan yang akrab disapa Tenia ini mengungkapkan bahwa berdasarkan data penelitian, terumbu karang dapat mati jika ditutupi oleh plastik selama empat hari. Sebelumnya, pada kegiatan Beach Clean Up yang dilakukan pada 28 Oktober lalu, sampah plastik menjadi sampah yang paling banyak ditemukan.
“Penanaman 50 struktur terumbu karang dan 7.500 fragmen ini merupakan upaya kami sebagai anak muda dalam memerangi sampah laut,” katanya.
Program Manager Ekosistem Pesisir Pulau Kecil Yayasan KEHATI Basuki Rahmad mengatakan struktur yang digunakan untuk menjadi rumah terumbu karang ini menggunakan metode Mars Accelerated Coral Reefs Rehabilitation System (MARRS). Metode ini memanfaatkan struktur besi berbentuk seperti jaring laba-laba. Struktur tersebut berfungsi untuk mengisi gap antara sisa karang alami, menstabilkan terumbu karang, membatasi reruntuhan karang dan menyediakan substrat untuk habitat pemulihan serta meningkatkan keanekaragaman hayati karang secara alami.
“Dengan metode ini ikan dapat kembali dengan cepat ke area yang direhabilitasi, memulihkan keseimbangan ekosistem, mengendalikan alga dan menciptakan dasar untuk perikanan berkelanjutan di masa depan, serta ekowisata laut yang lestari,” papar Basuki.
Sebagai bagian dari rangkaian acara Our Ocean Conference 2018, Kepala Sub Bagian Kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan, Imam Fitrianto, menilai positif kegiatan tersebut. Ia berharap 200 peserta OOYSL 2018 nantinya menjadi penggerak terutama dalam konservasi di bidang kelautan.
“Kami juga sebagai pemerintah tidak bisa bergerak sendirian. Perkumpulan DCA bekerjasama dengan KEHATI dan Nusa Dua Foundation ini sudah mempresentasikan komitmen mereka dalam penyelenggaraan OOC sebagai acara utama yang dihadiri oleh 4.000 peserta dari 74 negara,” ujar Imam.
Sebagai informasi, terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang rawan mengalami kerusakan. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali pada tahun 2017 mencatat sekitar 12 persen dari 7.200 hektare terumbu karang di perairan Bali dalam kondisi rusak. Ada beberapa faktor penyebab kerusakan tersebut, diantaranya perubahan suhu air yang diakibatkan perubahan iklim, pencemaran atau limbah lingkungan yang datang dari darat, dan lapisan minyak yang kemungkinan dihasilkan dari limbah kapal laut.
Penulis: Dewi Purningsih