Indonesia sangat kaya akan keragaman kuliner, diantaranya sayur asem dan emping. Bahan utama untuk membuat kedua makanan ini adalah tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.).
Melinjo berasal dari keluarga gymnosperma atau tanaman berbiji terbuka. Disinyalir emping melinjo yang umum dikonsumsi oleh orang Indonesia dianggap sebagai salah satu penyebab penyakit asam urat karena senyawa purin yang dikandungnya. Penyakit asam urat merupakan kondisi penumpukan kristal asam urat pada persendian. Penumpukan tersebut terjadi karena produksi asam urat berlebih atau kurang optimalnya ekskresi asam urat sebagai produk katabolisme purin. Sumber utama purin dalam tubuh berasal dari makanan yang dikonsumsi (Ellington 2007, dalam Pratiwi, 2014).
Namun berdasarkan sumber yang didapat pada laman Sainsindonesia.co.id, menyebutkan bahwa melinjo justru anti asam urat. Khasiat itu bukan terdapat dalam daging buahnya.
Berdasarkan riset yang ditemukan oleh guru besar Ilmu Kimia-Universitas Negeri Malang Prof Dr H Subandi MSi bersama mahasiswa bimbingannya Sri Wulandari, menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder pada kulit melinjo mampu menghambat kinerja xantin oksidase pada asam urat (gout). Xantin oksidase adalah enzim pensintesis asam urat. Kandungan ini juga ditemukan dalam allopurinol, obat penurun asam urat yang biasa dikonsumsi masyarakat.
Pada morfologinya, tanaman melinjo bercabang banyak dan pada seluruh bagian batang, cabang, dan rantingnya, tampak ruas-ruas bekas tempat tumbuh tangkai daun, ranting, dan cabang. Ranting dan cabang tanaman melinjo tidak berhubungan kuat dengan batang tanaman sehingga mudah lepas.
Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat atau lempung, berpasir, dan berkapur. Walau demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu tergenang air atau yang berkadar asam tinggi (pH tanah terlalu asam) (Sunanto, 1991 dalam bukunya yang berjudul “Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi Emping”).
Keistimewaan dari melinjo adalah tanaman ini dapat menjadi tanaman serbaguna yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Daun muda (disebut dengan daun so), bunga (disebut dengan kroto), dan kulit biji tua dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang cukup populer yaitu “sayur asem”. Semua bahan makanan yang berasal dari tanaman melinjo mempunyai kandungan gizi cukup tinggi, selain karbohidrat juga mengandung lemak, protein, mineral, dan vitamin.
Melinjo menghasilkan senyawa antioksidan yang tinggi setara dengan vitamin C, selain itu ditemukan adanya senyawa alkaloid, saponin, purina, flavonoid, fenol dan karotenoid. Kulit buah dan buah melinjo mengandung karotenoid (pro vitamin A) sebanyak 1000 SI dan vitamin C sebanyak 100 mg.
Selain potensi yang terdapat pada bidang kuliner, bagian kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana. Hebatnya lagi estrak dari kulit buah melinjo merah berpotensi dikembangkan sebagai zat warna alami pada lipstik. Mengingat prospeknya yang cukup cerah di bidang agrobisnis, usaha pengembangannya pun dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif seperti cangkok, setek dan sambung pucuk.
Penulis: Sarah R. Megumi